Lintas Fokus – Vivo tidak lagi cuma “ikut meramaikan” pasar flagship. Dengan Vivo X300 dan X300 Pro, brand ini jelas mengincar gelar raja kamera di kelas premium. Di Indonesia, duo Vivo X300 Series resmi meluncur pada 20 November 2025 dengan fokus utama pada fotografi mobile, baterai besar, dan sistem operasi baru OriginOS 6 yang sebelumnya hanya tersedia di China.
Baik Vivo X300 maupun X300 Pro dibekali chipset MediaTek Dimensity 9500 fabrikasi 3 nm, yang dirancang untuk menangani pemrosesan gambar berat dan AI fotografi tanpa mengorbankan efisiensi daya. Di atas kertas, keduanya terlihat sangat mirip. Namun ketika melihat lebih dekat ke desain, kamera, dan fitur pendukung seperti Photography Kit ZEISS, baru terasa jelas siapa pengguna yang cocok untuk masing-masing varian.
Di Indonesia, Vivo X300 ditawarkan sebagai flagship compact dengan layar 6,31 inci dan bobot sekitar 190 gram, sedangkan X300 Pro tampil lebih bongsor dengan layar 6,78 inci dan baterai lebih besar. Keduanya membawa baterai silicon carbon berkapasitas 6.040 mAh dan 6.510 mAh, dengan dukungan 90 W FlashCharge dan 40 W wireless charging untuk pemakaian berat seperti foto, video, dan gaming.
Buat pengguna Indonesia yang terbiasa mengandalkan ponsel sebagai kamera utama, pertanyaannya sederhana: apakah Vivo X300 Series benar-benar layak dilabeli “Camera King”, atau hanya sekadar jargon marketing yang manis di atas kertas?
Desain dan Layar: Compact Premium vs Flagship Bongsor
Secara tampilan, Vivo X300 dan X300 Pro punya bahasa desain yang konsisten. Keduanya memakai modul kamera bundar besar di tengah punggung dengan logo ZEISS, diapit bodi flat dengan finishing “Coral Velvet Glass” yang diklaim lebih tahan sidik jari. Bezel depan sangat tipis dan simetris, sekitar 1,05 mm, yang menurut Vivo menjadi salah satu yang tertipis di industri saat ini.
Vivo X300 hadir dengan layar 6,31 inci LTPO AMOLED 1,5K, refresh rate adaptif 1–120 Hz, dan kecerahan puncak hingga 4.500 nit. Kombinasi ini membuat layar kecilnya terasa padat, tajam, dan tetap nyaman digunakan di bawah sinar matahari tropis. Review awal dari Yanko Design menilai X300 sebagai flagship compact yang ergonomis, ringan, dan sangat ramah pemakaian satu tangan, tanpa mengorbankan kualitas layar maupun baterai.
Sementara itu, X300 Pro menyasar pengguna yang ingin pengalaman multimedia maksimal. Panel 6,78 inci LTPO AMOLED 1,5K dengan refresh rate 1–120 Hz dan kecerahan puncak yang sama menjadikan perangkat ini ideal untuk menonton konten, memotret, dan mengedit langsung di layar besar. Beratnya sedikit lebih tinggi, sekitar 226 gram, tetapi masih dalam batas wajar untuk flagship kelas kamera.
Keduanya sudah mengantongi sertifikasi IP68 dan IP69, artinya tahan air dan debu di level yang lebih serius dibanding banyak pesaing. Fitur ini penting untuk pengguna yang sering memotret di luar ruangan, di pantai, atau saat cuaca tidak bersahabat.
Dari sisi desain saja, sudah terlihat jelas: Vivo X300 menarik bagi pengguna yang kangen flagship kecil berkualitas tinggi, sedangkan X300 Pro ditujukan bagi mereka yang tidak keberatan membawa ponsel lebih besar demi layar dan kamera yang lebih ekstrem.
Kamera Vivo X300 dan X300 Pro: Main Kamera vs Telephoto Monster
Di area kamera, Vivo seperti ingin menegaskan identitas baru. Vivo X300 mengusung konfigurasi kamera utama 200 MP ZEISS dengan sensor HPB 1/1,4 inci, lengkap dengan OIS, ditemani lensa ultrawide 50 MP dan telefoto 50 MP. Vivo memasarkan sistem ini sebagai ZEISS Ultra-Clear Imaging 200 MP dengan Multi-Focal HD Portrait, yang memanfaatkan beberapa panjang fokus “emas” untuk foto potret dari jarak berbeda tanpa kehilangan detail.
Vivo X300 Pro mengambil pendekatan sedikit berbeda. Di sini, lensa utamanya adalah 50 MP LYT-828 dengan stabilisasi gimbal-grade dan sensor besar 1/1,28 inci, sementara posisi 200 MP dialihkan ke lensa telefoto ZEISS APO, lengkap dengan stabilisasi OIS dan kemampuan zoom yang jauh lebih agresif. Kombinasi 50 MP utama, 200 MP telefoto, dan 50 MP ultrawide menjadikan X300 Pro lebih unggul untuk foto jarak jauh seperti konser, pertandingan olahraga, hingga wildlife.
Seri Vivo X300 juga mendapatkan dukungan Photography Kit yang menjadi pembeda penting. X300 Pro kompatibel dengan Pro Photography Kit dan Photographer Kit yang berisi grip ergonomis dengan tombol shutter fisik, baterai tambahan sekitar 2.300 mAh, adaptor filter 62 mm, serta lensa ZEISS 2,35x Telephoto Extender yang dapat membawa fokal efektif hingga 200 mm untuk foto dan lebih dari 1.100 mm untuk video.
Dalam pengujian kamera, beberapa media internasional memberi sorotan sangat positif untuk X300 Pro. PhoneArena mencatat skor kamera lebih dari 150 poin, terutama memuji performa zoom yang berada di posisi teratas dibanding pesaing utama. Petapixel bahkan menyebut Vivo X300 Pro sebagai “kamera luar biasa yang kebetulan berbentuk ponsel”, menyoroti kualitas zoom 10x hybrid yang tetap tajam dan bisa diandalkan untuk memotret aksi olahraga anak dari jauh. DXOMARK juga menempatkan X300 Pro di jajaran teratas untuk foto portrait dan backlit, dengan reproduksi warna wajah yang natural dan konsisten.
Vivo X300 memang tidak seagresif X300 Pro dalam zoom, tetapi review awal menunjukkan sistem kameranya tetap sangat kompeten. Yanko Design menyebut kamera X300 sebagai “versatile and powerful”, dengan catatan bahwa kualitasnya masih satu langkah di bawah Pro, yang memang fokus penuh sebagai monster telefoto.
Wajib Tahu:
Photography Kit dan Telephoto Extender ZEISS yang dirilis Vivo untuk X300 Series memungkinkan pengguna mengubah Vivo X300 Pro menjadi “kamera mirrorless mini” dengan fokal hingga 200 mm setara lensa panjang, sementara warnanya disesuaikan dengan warna bodi perangkat.
Performa, Baterai, dan OriginOS 6 di Indonesia
Baik Vivo X300 maupun X300 Pro menggunakan SoC MediaTek Dimensity 9500 dengan fabrikasi 3 nm, CPU 8-core, dan GPU Mali kelas atas. Kombinasi ini bukan hanya untuk angka benchmark, tetapi untuk memastikan pemrosesan foto dan video 200 MP berjalan cepat tanpa panas berlebihan.
Di Indonesia, Vivo X300 Series dijual dengan konfigurasi RAM dan storage tinggi, mulai dari 12 GB + 256 GB hingga 16 GB + 512 GB, memakai LPDDR5X dan UFS 4.1 di varian Pro. Untuk penggunaan harian seperti media sosial, foto, streaming, dan sedikit gaming berat, dua perangkat ini pada dasarnya overkill, sehingga terasa sangat lega untuk pemakaian beberapa tahun ke depan.
Kapasitas baterai 6.040 mAh di Vivo X300 dan 6.510 mAh di X300 Pro dipadukan dengan teknologi BlueVolt dan pengisian cepat 90 W, plus wireless charging 40 W dan fitur Bypass Charging yang menjaga suhu lebih stabil saat bermain game sambil di-charge. Untuk pengguna yang sering memotret seharian, kombinasi kapasitas besar dan pengisian cepat ini adalah faktor krusial yang membedakan dari flagship lain yang masih di kisaran 5.000 mAh.
Satu hal yang membuat seri ini sangat menarik adalah hadirnya OriginOS 6 sebagai sistem operasi global. Sebelumnya, pasar internasional Vivo “terpaksa” memakai Funtouch OS yang banyak dikritik karena tampilan membosankan dan bloatware. Sekarang, OriginOS keluar dari pasar China dan mulai tersedia global, termasuk Indonesia, lengkap dengan tampilan yang lebih colorful, widget lockscreen baru, dan fitur “Dynamic Glow”.
Vivo menjanjikan dukungan update sistem hingga 7 tahun untuk X300 Series, sesuatu yang sangat jarang ditawarkan produsen Android lain di kelas flagship kamera. Hal ini penting bagi konsumen Indonesia yang ingin investasi jangka panjang pada satu perangkat tanpa khawatir cepat ditinggal update.
Harga Resmi Indonesia dan Siapa yang Cocok Memilih Vivo X300
Untuk pasar Indonesia, harga resmi Vivo X300 dan X300 Pro ditempatkan cukup tinggi, sejalan dengan ambisi mereka di kelas flagship. Liputan6, Gizmologi, dan beberapa media tekno nasional merilis daftar harga berikut:
Vivo X300
12 GB + 256 GB: Rp 14.999.000
16 GB + 512 GB: Rp 16.999.000
Vivo X300 Pro
16 GB + 512 GB: Rp 18.999.000
Aksesori resmi juga tidak murah, tetapi jelas menyasar segmen hobi fotografi serius:
Telephoto Extender Kit: sekitar Rp 2.999.000
Imaging Grip Kit: sekitar Rp 1.599.000
Dengan posisi harga seperti ini, siapa yang paling cocok membeli Vivo X300 Series?
Pilih Vivo X300 bila Anda ingin flagship compact yang enak digenggam, dengan baterai besar, kamera 200 MP yang tetap sangat kuat, namun tidak membutuhkan zoom ekstrem dan Photography Kit penuh. Review awal menegaskan bahwa X300 adalah paket seimbang: ergonomi, performa, dan kamera bagus dalam satu bodi yang tidak terlalu besar.
Pilih Vivo X300 Pro bila prioritas utama Anda adalah fotografi dan videografi, terutama untuk zoom jarak jauh, portrait, dan penggunaan Photography Kit ala kamera mirrorless. Skor kamera tinggi, telefoto 200 MP ZEISS APO, dukungan Telephoto Extender, dan gimbal-grade main camera membuat X300 Pro terasa lebih sebagai kamera profesional yang bisa dipakai menelepon, bukan sebaliknya.
Di tengah persaingan ketat dari Samsung, Xiaomi, dan Oppo, Vivo X300 dan X300 Pro memberi opsi menarik bagi pengguna yang menempatkan kualitas foto di atas segalanya. Dengan catatan, Anda memang siap membayar harga flagship dan menerima bahwa fokus utama perangkat ini adalah kamera, bukan fitur seperti stylus atau ekosistem tablet-laptop yang terintegrasi.
Sumber: Vivo




