Lintas Fokus – Histeris, lega, lalu bersyukur. Tiga kata itu menggambarkan suasana di halaman Mapolrestabes Makassar pada Minggu siang, 9 November 2025. Setelah hampir sepekan pencarian yang menegangkan, balita empat tahun bernama Bilqis akhirnya benar-benar kembali menginjakkan kaki di kota tempat ia dilaporkan hilang. Ia turun dari mobil operasional polisi dengan pengawalan ketat, disambut pelukan keluarga dan kerabat yang sejak pagi menunggu kedatangannya dari Jambi.
Kisah hilangnya Bilqis bukan sekadar kabar lokal yang berlalu begitu saja. Begitu laporan kehilangan masuk, foto dan rekaman CCTV yang memperlihatkan sosok perempuan misterius membawa sang balita dari kawasan Taman Pakui Sayang langsung menyebar di media sosial dan grup percakapan. Warganet mengikuti setiap pembaruan, dari kabar pencarian di Makassar hingga informasi bahwa jejak anak itu mengarah ke Pulau Sumatra.
Kini, kepulangan Bilqis ke Makassar menutup satu babak paling mencekam dalam hidup keluarganya. Namun di saat yang sama, kasus ini membuka diskusi lebih luas tentang keamanan ruang publik bagi anak, potensi praktik perdagangan manusia, dan sejauh mana negara beserta orang tua mampu menghadirkan perlindungan nyata di tengah kota yang kian padat dan sibuk.
Kepulangan Penuh Haru ke Makassar
Menurut laporan sejumlah media, Bilqis pertama kali ditemukan dalam keadaan hidup dan selamat oleh tim gabungan kepolisian di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, pada Sabtu malam, 8 November 2025. Ia didapati di area yang tak jauh dari permukiman Suku Anak Dalam, lalu diamankan ke Mapolres Merangin untuk mendapat pendampingan dan perlindungan sebelum proses pemulangan ke Makassar dimulai.
Setelah seluruh prosedur awal di Jambi dilakukan, Bilqis diterbangkan menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Maros. Pesawat yang ditumpanginya mendarat pada Minggu siang. Dari bandara, ia tidak dibawa pulang langsung ke rumah, melainkan menuju Mapolrestabes Makassar dengan mobil Unit Jatanras. Prioritas saat itu adalah keamanan, pemeriksaan kesehatan, dan pendalaman awal kasus oleh penyidik yang selama sepekan terakhir bekerja tanpa henti.
Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Arya Perdana menjelaskan kepada awak media bahwa setibanya di Makassar, kondisi kesehatan sang balita langsung diperiksa oleh tenaga medis. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik pada tubuh Bilqis, sementara kondisi psikologisnya juga dinilai cukup stabil untuk anak yang baru saja mengalami kejadian traumatis. Sang kapolres bahkan menggambarkan bahwa ia tampak ceria dan mampu tersenyum saat bertemu kembali dengan kedua orang tuanya.
Arya juga menegaskan bahwa penyerahan anak kepada orang tua dilakukan di dalam area Mapolrestabes, bukan di ruang terbuka. Tujuannya menjaga privasi korban yang masih sangat kecil, sekaligus memastikan proses hukum terhadap para terduga pelaku berjalan tanpa tekanan keramaian. Di luar gedung, keluarga besar dan warga yang sejak awal mengikuti kasus Bilqis memilih menunggu sambil terus memanjatkan doa syukur atas berakhirnya pencarian yang melelahkan itu.
Kronologi Singkat Dugaan Penculikan di Taman Pakui
Peristiwa ini berawal pada Minggu pagi, 2 November 2025. Ayah Bilqis, Dwi Nur Mas yang kerap disapa Dimas, datang ke Taman Pakui Sayang di kawasan Jalan AP Pettarani, Makassar, untuk bermain tenis lapangan. Seperti rutinitas sebelumnya, putri kecilnya ikut menemani dan bermain di area playground yang berada tidak jauh dari lapangan, sehingga masih bisa diawasi dengan pandangan mata.
Beberapa kali Dwi memanggil nama anaknya untuk memastikan sang putri masih berada di sekitar lokasi. Pada awalnya, panggilan itu selalu dijawab. Namun pada satu momen, panggilan yang sama tidak lagi ditanggapi. Dwi menghentikan permainan, berputar mengitari taman bersama rekan-rekan tenisnya, tetapi keberadaan sang anak tak juga ditemukan. Rasa panik pun mulai menyelimuti keluarga.
Laporan kehilangan segera dibuat ke Polsek Panakkukang. Dari titik inilah penyelidikan resmi dimulai. Polisi menelusuri rekaman CCTV di sekitar area taman dan ruas jalan yang diduga dilalui korban. Salah satu rekaman yang kemudian viral memperlihatkan seorang perempuan dewasa membawa seorang balita yang belakangan dikonfirmasi sebagai Bilqis, sambil menggandeng dua anak lain, melintas tergesa di kawasan Jalan Pelita Raya. Rekaman ini menjadi petunjuk kunci bahwa ia tidak sekadar “hilang”, melainkan diduga kuat dibawa oleh orang yang tidak dikenal.
Berbekal rekaman tersebut, polisi mulai memetakan kemungkinan rute pelarian, termasuk dugaan penggunaan kendaraan untuk membawa sang balita keluar dari Makassar dalam waktu relatif singkat. Di sisi lain, keluarga Bilqis terus berkomunikasi dengan aparat dan juga masyarakat, memohon siapa pun yang melihat anak dengan ciri serupa di terminal, bandara, atau jalan raya agar segera melapor. Ketegangan ini berlangsung hingga kabar penemuan di Jambi disampaikan lewat sambungan video, yang membuat tangis bahagia keluarga pecah.
Jaringan Pelaku dan Langkah Cepat Aparat
Pencarian anak hilang lintas provinsi tentu bukan tugas ringan. Dalam kasus Bilqis, kepolisian Makassar berkoordinasi dengan berbagai satuan reserse di daerah lain, termasuk Polda Jambi dan jajaran Polres Merangin. Informasi dari rekaman CCTV, data perjalanan, dan laporan masyarakat dikumpulkan untuk membangun peta pergerakan para terduga pelaku, dari Makassar hingga ke wilayah pedalaman Jambi.
Kerja kolaboratif itu akhirnya berbuah hasil ketika tim gabungan menemukan korban di Tabir Selatan, Merangin, dekat permukiman Suku Anak Dalam. Sejumlah media daerah memberitakan bahwa polisi menduga kuat kasus ini berkaitan dengan jaringan yang memanfaatkan kelengahan orang tua di ruang publik, lalu memindahkan anak ke luar daerah untuk tujuan yang masih didalami. Ada pula laporan yang mengutip pengakuan awal salah satu terduga pelaku mengenai rencana transaksi bernilai beberapa juta rupiah, meski detailnya masih terus diproses dan menunggu pemaparan resmi dari aparat penegak hukum.
Hingga Minggu siang, aparat menyatakan sedikitnya tiga orang telah diamankan sebagai terduga pelaku yang diduga terlibat dalam rangkaian hilangnya Bilqis. Mereka ditangkap di beberapa titik berbeda selama pengejaran menuju wilayah Sumatra dan kini tengah menjalani pemeriksaan intensif untuk mengungkap peran, motif, dan kemungkinan adanya jaringan yang lebih besar. Kapolrestabes Makassar menyebut, kronologi lengkap penangkapan serta pasal yang akan disangkakan akan dijelaskan melalui konferensi pers yang dijadwalkan pada awal pekan.
Bagi keluarga, fokus utama saat ini adalah memastikan pemulihan sang anak berjalan baik, baik secara fisik maupun emosional. Namun bagi penegak hukum, kasus ini menjadi pintu masuk penting untuk memetakan ulang pola kerja jaringan pelaku, mulai dari cara mereka memilih target, memanfaatkan celah pengawasan di ruang publik, hingga upaya memutus jejak dengan memindahkan korban ke provinsi lain dalam waktu singkat.
Wajib Tahu:
Kasus Bilqis, yang hilang di taman kota lalu ditemukan ratusan kilometer dari Makassar dalam hitungan hari, menunjukkan betapa cepatnya seorang anak bisa berpindah wilayah ketika sudah berada di tangan jaringan kejahatan yang terorganisir.
Bilqis dan Peringatan Serius soal Keamanan Anak
Di luar rasa lega atas selamatnya sang balita, kisah Bilqis menyisakan pekerjaan rumah besar bagi orang tua, pengelola ruang publik, dan pemerintah daerah. Taman kota, playground, hingga area olahraga yang ramai sering kali dianggap otomatis aman. Padahal, kasus ini memperlihatkan bahwa keramaian justru bisa dimanfaatkan pelaku untuk bergerak tanpa mudah dicurigai, apalagi ketika fokus orang dewasa terpecah antara aktivitas dan pengawasan anak.
Banyak orang tua di Makassar dan daerah lain mengaku ikut cemas saat mengikuti perkembangan kasus ini dari hari ke hari. Respons cepat warganet yang membantu menyebarkan informasi, memantau unggahan resmi kepolisian, dan ikut mengawasi lingkungan sekitar menunjukkan bahwa solidaritas digital bisa menjadi tekanan moral bagi pelaku sekaligus memperbesar peluang ditemukannya korban. Namun pada saat yang sama, kasus ini mengingatkan bahwa pengawasan paling utama tetap berada di tangan orang tua atau pendamping anak.
Di sisi aparat, kerja tim gabungan dari Makassar hingga Jambi mendapat apresiasi luas karena berhasil menutup pencarian dalam waktu sekitar sepekan. Koordinasi lintas daerah, pemanfaatan CCTV, dan kecepatan merespons laporan warga menggambarkan bahwa ketika nyawa dan keselamatan anak menjadi prioritas, sinergi antarinstansi bisa berjalan efektif. Ke depan, publik menunggu bagaimana proses hukum terhadap para terduga pelaku dijalankan hingga tuntas, sekaligus sejauh mana kasus Bilqis akan dijadikan bahan evaluasi untuk peningkatan sistem keamanan di ruang publik.
Bagi keluarga, nama Bilqis tidak lagi hanya identitas seorang anak yang sempat menghilang lalu kembali pulang. Ia menjadi pengingat hidup bahwa kelengahan beberapa menit saja bisa berubah menjadi drama pencarian berhari-hari, melibatkan polisi lintas provinsi dan perhatian nasional. Bagi masyarakat luas, cerita ini menegaskan ulang pentingnya tidak membiarkan anak berpindah area sendirian, segera bertindak saat situasi terasa janggal, dan tidak ragu melapor ke aparat ketika melihat dugaan upaya membawa pergi anak oleh orang yang tidak dikenal.
Harapannya, kasus yang menimpa Bilqis mendorong lahirnya kebijakan praktis, mulai dari penambahan titik CCTV yang benar-benar berfungsi di taman kota, peningkatan patroli aparat di ruang publik yang ramai anak, hingga program edukasi rutin bagi orang tua dan pengelola fasilitas umum. Dengan begitu, tidak ada lagi balita yang harus melewati pengalaman serupa, dan setiap keluarga bisa menikmati ruang publik dengan rasa aman yang lebih terjamin.
Sumber: Kumparan
