Site icon Lintas Fokus

Laba Perdana GOTO: Angka, Sinyal Saham, dan Apa yang Harus Investor Lakukan

Laba GOTO perdana mengubah peta.

Laba GOTO perdana mengubah peta.

Lintas Fokus GoTo Group resmi mencatat Laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya pada kuartal III 2025, sebesar Rp62 miliar. Manajemen sekaligus menaikkan panduan adjusted EBITDA 2025 dari Rp1,4–1,6 triliun ke Rp1,8–1,9 triliun. Tonggak ini disampaikan lewat rilis perusahaan dan dikonfirmasi oleh sejumlah media bisnis regional. Bagi investor ritel, kabar Laba perdana ini penting karena menjadi sinyal bahwa efisiensi yang digarap sejak 2023 mulai berbuah ke hasil yang terukur.

Di saat bersamaan, kita tetap perlu jernih soal definisi. Yang berbalik positif adalah Laba sebelum pajak yang disesuaikan, bukan laba bersih PSAK. Laporan pihak ketiga dan ringkasan media menunjukkan perusahaan masih membukukan rugi bersih di Q3 2025, meski susut signifikan dibanding tahun lalu. Artinya, narasi perbaikan berlanjut tetapi perjalanan menuju laba bersih penuh masih harus dituntaskan.

Secara operasional, pendorongnya datang dari segmentasi yang makin sehat. Fintech mendorong margin, on-demand lebih efisien, dan metrik transaksi inti (core GTV) tumbuh kuat. Pada Q3 2025, adjusted EBITDA grup melonjak 239 persen secara tahunan menjadi Rp516 miliar, menandai empat kuartal berturut-turut positif. Pencapaian ini mengafirmasi strategi pengendalian biaya dan pergeseran bauran pendapatan. Kenaikan profit yang berkelanjutan akan sangat ditentukan oleh kemampuan menjaga disiplin biaya sambil mempertahankan pertumbuhan pengguna aktif.

Laba GOTO dan kualitasnya: dari EBITDA, pra pajak disesuaikan, hingga arus kas

Investor perlu memahami kualitas profit yang dilaporkan. Pertama, adjusted pre-tax profit menambahkan kembali sejumlah komponen non tunai dan penyesuaian tertentu di atas rugi periode berjalan. Ukuran ini lazim dipakai emiten teknologi untuk memotret kinerja inti, tetapi tidak menggantikan pendapatan bersih berbasis PSAK. Kedua, lonjakan adjusted EBITDA ke Rp516 miliar pada Q3 serta raihan kumulatif 9 bulan di kisaran Rp1,3–1,34 triliun memperlihatkan daya dorong operasional yang konsisten sepanjang 2025. Ketiga, manajemen menaikkan panduan setahun penuh menjadi Rp1,8–1,9 triliun, yang jika tercapai akan mempertebal kredibilitas proyeksi. Semua ini memberi konteks yang lebih solid atas headline Laba perdana.

Di lapangan, sisi pendapatan juga bergerak. Net revenue kuartalan Q3 tercatat sekitar Rp4,7 triliun, tumbuh sekitar 21 persen tahunan, sementara akumulasi 9M 2025 mencapai sekitar Rp13,29 triliun, naik sekitar 14 persen. Percepatan berasal dari layanan fintech, termasuk pertumbuhan pinjaman konsumen, dan stabilnya on-demand. GOTO juga melaporkan kenaikan core GTV yang menandai semakin dalamnya penetrasi pengguna di Indonesia. Keterhubungan antara pertumbuhan omzet, efisiensi biaya, dan Laba yang lebih sehat akan menjadi titik pantau utama hingga tutup buku 2025.

Pada level korporat, capaian Q3 2025 melanjutkan lintasan perbaikan yang sudah terlihat sejak 2024 ketika GoTo mencatat underlying profit setahun penuh untuk pertama kalinya dan memandu pasar menuju EBITDA 2025 yang positif. Rangkaian ini menunjukkan konsistensi manajemen dalam menjalankan peta jalan profitabilitas, walau kompetisi di pasar domestik tetap ketat. Laba yang lebih berkualitas akan lahir jika disiplin biaya beriringan dengan inovasi produk yang memperdalam engagement pengguna.

Wajib Tahu:

Istilah Laba pada rilis Q3 2025 merujuk ke laba sebelum pajak yang disesuaikan. Ini berbeda dengan laba bersih PSAK sehingga investor perlu membaca catatan rekonsiliasi dan metrik pendukung seperti EBITDA disesuaikan dan arus kas bebas.

Laba GOTO dan saham: respons harga, level teknikal, dan katalis jangka dekat

Pasar merespons positif rilis Laba perdana. Per perdagangan terbaru, harga saham GOTO di kisaran 60 rupiah per lembar dengan kenaikan sekitar 5 persen dalam 24 jam terakhir. Respons ini wajar mengingat kenaikan panduan EBITDA dan konfirmasi bahwa profitabilitas operasional makin melebar. Meski begitu, volatilitas tetap mungkin muncul karena pasar akan mencerna detail segmen, arus kas, serta keberlanjutan profit pada kuartal berikutnya.

Dari sudut teknikal sederhana untuk trader ritel, area 56–60 sering menjadi band psikologis jangka pendek di 2025, sementara kenaikan berkelanjutan butuh validasi volume melewati kisaran itu. Dukungan sentimen akan datang dari data bulanan pengguna, pertumbuhan pendapatan fintech, serta bukti bahwa biaya promosi dan insentif tetap terkendali. Kabar korporat seperti optimasi infrastruktur cloud dan kerja sama distribusi produk finansial juga dapat menjadi pemicu tambahan jika terbukti menurunkan biaya unit dan memperkuat kontribusi margin Laba.

Bagi investor jangka menengah, tiga hal pantas dipantau setelah Laba ini. Satu, apakah Q4 2025 mampu mempertahankan tren EBITDA positif dan kembali mencatat pre-tax profit yang disesuaikan. Dua, apakah konversi ke arus kas bebas tetap terjaga seiring dorongan pinjaman konsumen. Tiga, bagaimana dampak kompetisi di mobility dan delivery terhadap monetisasi tanpa menggerus loyalitas pengguna. Konsistensi pada tiga hal ini akan menentukan apakah profit perdana tidak sekadar one-off.

Laba GOTO dan konteks industri: implikasi ke valuasi dan risiko utama

Di tingkat industri, capaian Laba GoTo terjadi di tengah siklus perbaikan profitabilitas perusahaan teknologi Asia Tenggara. Jejak sebelumnya sudah terlihat saat 2024 berakhir dengan underlying profit setahun penuh dan saat 2025 awal GoTo menjaga perbaikan EBITDA di Q1 dan Q2. Dengan Laba sebelum pajak yang disesuaikan kini positif, ruang rerating valuasi terbuka jika pasar menilai pertumbuhan bisa dicapai bersama disiplin biaya. Namun, rerating akan selektif dan akan mengandalkan bukti pada laporan selanjutnya.

Risiko tetap ada. Persaingan harga di layanan on-demand bisa memengaruhi take rate. Ekspansi pinjaman konsumen yang mendorong margin fintech harus dikelola dengan kontrol risiko kredit yang ketat agar tidak menekan kualitas Laba di belakang hari. Faktor eksternal seperti kebijakan makro dan suku bunga juga akan memengaruhi biaya modal dan selera risiko investor. Jika manajemen menjaga keseimbangan antara pertumbuhan GTV, perbaikan unit economics, dan arus kas, peluang mempertahankan Laba tetap terbuka lebar.

Pada akhirnya, headline Laba perdana ini menandai babak baru GoTo sebagai emiten teknologi domestik yang mulai masuk fase monetisasi berkelanjutan. Untuk pemegang saham, disiplin membaca detail rekonsiliasi metrik non-PSAK dan kinerja tiap segmen akan menjadi keunggulan kompetitif dalam mengambil keputusan.

Sumber: GoTo

Exit mobile version