Site icon Lintas Fokus

Saham Nvidia Tertekan, Peluang Tetap Besar: Efek Domino Larangan Cina

Saham Nvidia anjlok setelah Cina melarang pembelian chip AI Nvidia.

Saham Nvidia anjlok setelah Cina melarang pembelian chip AI Nvidia.

Lintas Fokus Larangan baru Beijing terhadap pembelian chip AI Nvidia oleh raksasa teknologi lokal memantik gejolak di Wall Street. Saham Nvidia sempat melemah di pra-pasar setelah media besar melaporkan regulator dunia maya Cina memerintahkan ByteDance, Alibaba, dan pemain top lain menghentikan pengujian serta membatalkan pesanan untuk produk Nvidia yang disesuaikan khusus pasar Cina. Kebijakan ini menyasar RTX Pro 6000D dan memperluas sikap tegas setelah bulan-bulan sebelumnya pemerintah hanya memperingatkan pembelian H20.

Bagi investor ritel Indonesia, headline tersebut terasa menakutkan. Namun untuk menilai arah Saham Nvidia secara jernih, kita perlu memisahkan sentimen jangka pendek dari fundamental yang digerakkan siklus belanja AI global, komposisi pendapatan, dan mitigasi korporasi melalui kemitraan cloud. Data terbaru perusahaan, rilis resmi, dan laporan analis memberi konteks yang lebih lengkap dibanding sekadar reaksi harian harga.

Tiga Lapisan Dampak Kebijakan Beijing

Pertama, larangan ini memotong salah satu pipa penjualan Nvidia di pasar yang dulunya strategis. Dalam beberapa tahun terakhir, Cina menyumbang sekitar 13 persen pendapatan Nvidia, angka yang cukup berarti untuk sentimen, meski bukan tulang punggung pertumbuhan data center global. Tekanan di segmen tersebut memang sudah terlihat sejak serangkaian kontrol ekspor AS, dan perusahaan juga mengonfirmasi tidak ada penjualan H20 ke pelanggan berbasis Cina pada kuartal terakhir.

Kedua, dampak substitusi. Beijing mengirim sinyal kuat mengalihkan permintaan ke produsen lokal seperti Huawei dan Cambricon. Huawei baru saja memamerkan peta jalan Ascend generasi baru serta sistem Atlas yang diklaim mampu menantang performa GPU papan atas. Ini mempertegas narasi swasembada semikonduktor dan berpotensi memperkecil ceruk Nvidia di Cina dalam beberapa tahun ke depan.

Ketiga, reposisi pasokan. Kabar negatif dari Cina datang bersamaan dengan langkah Nvidia memperdalam hubungan dengan penyedia infrastruktur AI non-hiperskaler. Perjanjian kapasitas komputasi multi-tahun dengan CoreWeave menggarisbawahi upaya mengamankan utilisasi dan permintaan di Amerika dan Eropa, sehingga kelebihan pasokan dari kanal tertentu dapat diserap oleh ekosistem mitra. Ini menjadi bantalan fundamental saat Saham Nvidia menghadapi guncangan berita.

Membaca Ulang Fundamental: Pendapatan, Arsitektur, dan Backlog

Di sisi fundamental, Nvidia masih mengeksekusi pertumbuhan kuartalan yang solid. Pada Q2 tahun fiskal 2026 yang berakhir 27 Juli 2025, perusahaan melaporkan pendapatan 46,7 miliar dolar, naik 56 persen dari tahun lalu, dengan segmen data center tembus 41,1 miliar dolar. Manajemen juga menyiapkan panduan Q3 sekitar 54 miliar dolar. Fakta pentingnya, lonjakan ini terjadi ketika penjualan H20 untuk Cina nihil, artinya mesin pertumbuhan saat ini tidak bergantung pada Cina. Saham Nvidia mendapatkan pijakan dari data tersebut, meski harga jangka pendek tetap sensitif terhadap tajuk geopolitik.

Arsitektur Blackwell menjadi garda depan produk Nvidia tahun ini, dengan pertumbuhan pendapatan Blackwell Data Center 17 persen secara kuartal ke kuartal. Di saat yang sama, perusahaan sempat mencatat beban 4,5 miliar dolar terkait persediaan H20 ketika aturan ekspor AS diperketat pada April, yang kemudian sebagian dirilis kembali melalui penjualan di luar Cina. Itu menggambarkan bagaimana manajemen merapikan portofolio sambil menjaga elastisitas permintaan lintas wilayah.

Ekspektasi makro juga mendukung. Berbagai riset independen memperkirakan belanja infrastruktur AI data center global tetap agresif dalam 12 bulan ke depan. Walau ada perdebatan tentang kecepatan normalisasi, konsensusnya masih mengarah pada investasi besar di AS, Eropa, dan Timur Tengah yang tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan Cina. Ini menjadi alasan mengapa sebagian analis melihat penurunan Saham Nvidia akibat berita Cina sebagai noise jangka pendek, bukan perubahan tren struktural.

Strategi Investor: Skenario, Risiko, dan Titik Kontrol

Untuk pembaca pasar modal Indonesia, ada tiga skenario praktis yang bisa dipantau setelah keluarnya larangan pembelian chip Nvidia di Cina.

Skenario 1: Dampak terbatas, rotasi permintaan.
Jika ekosistem non-Cina terus menambah kapasitas GPU, backlog pelatihan model dan perluasan inferensi akan menyerap alokasi yang tadinya ditujukan ke Cina. Perjanjian dengan penyedia cloud khusus AI seperti CoreWeave memperkecil risiko utilisasi. Dalam skenario ini, koreksi Saham Nvidia cenderung bersifat taktis.

Skenario 2: Akselerasi pesaing lokal dan pricing pressure.
Bila Huawei dan pemain domestik lain mempercepat roadmap serta mengatasi hambatan memori berkapasitas tinggi, pangsa Nvidia di Cina akan tergerus permanen. Tekanan harga global bisa muncul jika kompetisi meningkat. Investor perlu mencermati rilis teknis Ascend dan adopsinya oleh hyperscaler lokal.

Skenario 3: Pelemahan sentimen menyebar ke belanja global.
Ini skenario berisiko rendah namun perlu diwaspadai. Jika gejolak kebijakan memicu penundaan belanja AI di luar Cina, margin dan utilisasi dapat turun. Petunjuk awal bisa dilihat dari panduan pendapatan Nvidia serta pernyataan pelanggan besar. Untuk saat ini, manajemen tetap optimistis pada permintaan Q3.

Dalam semua skenario, disiplin pemantauan menjadi kunci. Perhatikan pergerakan harian Saham Nvidia di sekitar rilis data makro AS, laporan pendapatan kuartalan, serta kabar lisensi ekspor AS yang kadang berubah arah. Tekanan pra-pasar yang dilaporkan media akibat larangan Cina memang nyata, namun validasi utamanya tetap pada angka pendapatan kuartal berikutnya dan perkembangan pengiriman Blackwell.

Wajib Tahu:

Nvidia menegaskan tidak ada penjualan H20 ke pelanggan berbasis Cina pada Q2 fiskal 2026, tetapi tetap membukukan pertumbuhan pendapatan kuat. Artinya motor pertumbuhan saat ini lebih banyak berasal dari pasar di luar Cina.

Saham Nvidia dan Taktik Entry

Bagi trader yang fokus jangka pendek, area psikologis setelah gap-down kerap menjadi zona tarik-ulurnya minat beli. Namun pendekatan paling sehat tetap berbasis data: tunggu konfirmasi pada laporan resmi berikut, cek update produksi Blackwell, dan pantau seberapa cepat alokasi yang tadinya menuju Cina disalurkan ke pelanggan non-Cina. Trader konservatif bisa menunggu sinyal keberlanjutan tren pendapatan data center, sementara investor jangka panjang lebih cocok memanfaatkan tekanan headline untuk akumulasi bertahap. Saham Nvidia berpeluang tetap menjadi proxy utama infrastruktur AI global jika narasi belanja non-Cina konsisten.

Sumber: Financial Times

Exit mobile version