33.4 C
Jakarta
Tuesday, August 26, 2025
HomeBeritaGelombang IPO Menggoda: Pipeline Tipis, Likuiditas Tebal—Berani Ikut?

Gelombang IPO Menggoda: Pipeline Tipis, Likuiditas Tebal—Berani Ikut?

Date:

Related stories

“Suara Jalanan Menggema”: Dukung Palestina di Brisbane Menyulut Gaung Global

Lintas Fokus - Brisbane kembali memadati ruang publik: spanduk,...

Honor X7d Review: Kuat, Irit, dan (Akhirnya) Masuk Akal untuk Pemakaian Harian

Lintas Fokus - Tanpa gimik berlebihan, Honor X7d datang...

28 Agustus 2025: Gelombang Besar dengan Taruhan Kebijakan

Lintas Fokus - Satu tanggal mengerucut di linimasa: 28...
spot_imgspot_img

Lintas Fokus Ada yang berbeda dari musim IPO hingga Agustus 2025: antreannya tidak panjang, tetapi bobotnya besar. Bursa Efek Indonesia (BEI) per 15 Agustus 2025 mengonfirmasi 8 perusahaan berada dalam pipeline pencatatan—4 beraset menengah dan 4 beraset besar—dengan persebaran sektor dari basic materials dan industrials hingga teknologi, finansial, consumer non-cyclicals, serta transportasi & logistik. Pada saat yang sama, YTD sudah 22 perusahaan resmi melantai dengan dana terkumpul Rp10,39 triliun; rights issue YTD 10 emiten senilai Rp16,62 triliun, sementara pasar surat utang & sukuk (EBUS) menembus 116 emisi dari 65 penerbit dengan dana Rp132,2 triliun. Ini bukan sekadar statistik; ini sinyal bahwa mesin pendanaan publik tetap hidup meski volatilitas global belum reda.

Di level regulator, OJK mencatat total dana penawaran umum (saham, obligasi, sukuk, dsb.) tembus Rp145 triliun hingga 8 Agustus 2025. Angka ini mempertebal argumen bahwa arus modal domestik—baik ekuitas maupun pendapatan tetap—masih mengalir ke korporasi yang siap transparan di pasar publik. Bagi pemburu IPO, ini berarti pilihan selektif yang justru menjanjikan likuiditas ketika nama besar masuk ke lantai bursa.

Peta Sampai Agustus: Angka Resmi, Sektor, dan Skala

Mari bedah peta terbaru. Dari 8 perusahaan di pipeline, komposisi aset imbang antara menengah (Rp50 miliar–Rp250 miliar) dan besar (≥Rp250 miliar). Sektor basic materials dan industrials masing-masing menyumbang dua kandidat; sisanya menyebar di consumer non-cyclicals, finansial, teknologi, dan transportasi/logistik. Ini konsisten dengan dorongan pemerintah dan bursa untuk memperdalam basis industri sekaligus menarik cerita pertumbuhan baru dari layanan digital dan logistik. Di sisi lain, data YTD juga menunjukkan euforia pasca-listing pada beberapa nama yang baru debut di Juli–Agustus—tetapi bursa dan analis mengingatkan: lonjakan awal bukan jaminan keberlanjutan tanpa dukungan laba dan arus kas yang nyata.

Gelombang IPO: Pipeline, Lighthouse, dan Emiten Jumbo

Fokus 2025 salah satunya adalah “lighthouse IPO”—emiten beraset besar (umumnya >Rp3 triliun dengan free float minimal 15%). Target tahun ini 5 emiten; per pertengahan Agustus, 4 telah terealisasi: PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA). BEI menyebut 2 emiten jumbo tambahan sedang disiapkan agar total lighthouse 2025 bisa menembus atau minimal menyamai target—sebuah katalis yang diincar investor institusi karena biasanya menghadirkan likuiditas lebih tebal sejak hari pertama. Pernyataan manajemen bursa sepanjang 11–16 Agustus menegaskan arah ini: pipeline IPO jumbo semester II on track, dan strategi 2029 menuju 1.200 emiten akan disokong oleh arus nama-nama besar.

Euforia ceritanya juga nyata di papan perdagangan. PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) mencatat oversubscribe >180x saat penawaran, sebelum menjadi salah satu top-gainers pasca listing. CDIA—emiten investasi dari ekosistem Chandra Asri—juga melompat hingga level puncak Rp2.100 pada 5 Agustus 2025 setelah IPO di Rp190. Kasus-kasus seperti ini menjelaskan mengapa pemburu IPO ritel ramai kembali: kombinasi skala, narasi yang “menggigit”, dan pasokan saham yang terbatas menjadi katalis volatilitas positif di hari-hari awal. Namun data yang sama juga mengingatkan risiko pembalikan ketika valuasi berlari lebih cepat dari kinerja.

Euforia vs Realitas: Pelajaran dari COIN, CDIA, dan Kawan-Kawan

Lonjakan >700% dalam hitungan pekan memang memantik rasa ingin cepat-cepat masuk, tetapi pasar selalu menagih fundamental. Analis menggarisbawahi bahwa performa saham baru setelah masa “bulan madu” sangat ditentukan oleh kualitas laba, arus kas operasional, governance, serta kejelasan penggunaan dana (“use of proceeds”) yang realistis. Data YTD BEI menunjukkan beberapa saham anyar tetap perkasa, sementara sebagian lain mereda setelah euforia. Di sinilah disiplin menyaring prospektus bekerja: siapa yang punya margin defensif, kontrak berulang yang kredibel, dan moat bisnis—serta siapa yang baru mengandalkan buzz. Bagi yang memburu IPO, mengubah rasa FOMO menjadi FOCO (focus on cash-flow & outlook) adalah jurus bertahan paling rasional.

Wajib Tahu:

Per 15 Agustus 2025: 22 emiten sudah IPO (dana Rp10,39 triliun), 8 berada dalam pipeline (komposisi sektor tersebar), 4 “lighthouse” telah listing, 2 jumbo disiapkan, dan total dana penawaran umum nasional ≈Rp145 triliun.

Strategi Masuk: Baca Prospektus, Cek Valuasi, Amati Likuiditas

Pertama, pakai angka resmi. Mulai dari pipeline BEI untuk memetakan sektor dan skala aset calon emiten, sambil mengonfirmasi status pernyataan efektif OJK. Pipeline bisa berubah—BEI bahkan sempat menghapus calon emiten pada Juli ketika dokumen perlu perbaikan—jadi jadwal dan struktur penawaran bisa bergeser sampai effective. Kedua, prospektus lebih penting daripada poster. Telaah use of proceeds, utang berbunga, kontrak kunci, profil risiko hukum, kebijakan dividen, dan lock-up pemegang lama; aspek terakhir menentukan potensi suplai saham pasca listing. Ketiga, valuasi wajar. Bandingkan EV/EBITDA atau price-to-sales terhadap peer—euforia hari pertama bukan alasan mengabaikan arus kas. Keempat, pahami efek lighthouse: skala besar biasanya membawa likuiditas, minat investor institusi, dan coverage analis—tetapi tetap double-check governance dan profil risiko sektor. Kelima, siapkan skenario: entry bertahap saat book-building atau di pasar sekunder, gunakan batas risiko yang jelas, dan jangan terpaku pada satu nama—portofolio yang tersebar menurunkan volatilitas strategi berburu IPO.

Sumber: Bisnis

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img