33.4 C
Jakarta
Tuesday, August 26, 2025
HomeBeritaSiaga Ganda Mengguncang NTT: Gunung Lewotolok & Lewotobi Meletus Bersamaan

Siaga Ganda Mengguncang NTT: Gunung Lewotolok & Lewotobi Meletus Bersamaan

Date:

Related stories

“Suara Jalanan Menggema”: Dukung Palestina di Brisbane Menyulut Gaung Global

Lintas Fokus - Brisbane kembali memadati ruang publik: spanduk,...

Honor X7d Review: Kuat, Irit, dan (Akhirnya) Masuk Akal untuk Pemakaian Harian

Lintas Fokus - Tanpa gimik berlebihan, Honor X7d datang...

28 Agustus 2025: Gelombang Besar dengan Taruhan Kebijakan

Lintas Fokus - Satu tanggal mengerucut di linimasa: 28...
spot_imgspot_img

Lintas Fokus Sore ini, skenario yang paling diwaspadai akhirnya terjadi: Gunung Lewotolok di Lembata dan Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur sama-sama meletus dalam rentang waktu berdekatan. Laporan PVMBG—MAGMA Indonesia memperlihatkan kurva aktivitas yang menanjak sejak pagi dan berlanjut ke sore, ditandai letusan berulang, gempa hembusan, serta kolom abu yang bervariasi. Gunung Lewotobi Laki-laki sudah berada pada Level IV/Awas sejak 16 Agustus 2025; hari ini, beberapa letusan mencatat tinggi kolom hingga sekitar 8.000 meter pada rentang waktu berbeda, lalu berulang pada siang–sore. Gunung Lewotolok sendiri dipertahankan pada Level III/Siaga, namun menunjukkan pola letusan beruntun dengan kolom abu menengah (ratusan meter) dan hembusan intens.

Rekomendasi zona bahaya yang berlaku wajib dipatuhi: radius minimum 3 km dari kawah Gunung Lewotolok, dan radius 6 km (umum) hingga sektoral 7 km ke barat–utara–timur laut untuk Gunung Lewotobi Laki-laki. Perlu dicatat, radius PVMBG adalah batas dasar; jika ada perubahan arah angin atau peningkatan energi, wilayah terdampak abu dapat meluas melampaui batas administratif desa/kelurahan.

Di tingkat visual, foto dan pengamatan lapangan memperlihatkan kolom abu Lewotobi yang tebal, bergerak mengikuti angin permukaan dan lapisan atas; sementara Gunung Lewotolok menampilkan letusan lebih sering dengan ketinggian kolom moderat. Kombinasi dua sumber abu inilah yang membuat sore ini terasa berat bagi warga di lintasan angin—jalan menipis jarak pandang, atap rumah cepat kotor, dan sumber air harus segera diamankan.

Saat dua sistem gunung api aktif bersamaan, disiplin informasi menjadi kunci. Ikuti PVMBG/MAGMA, BPBD, dan kanal resmi pemerintah daerah—hindari kabar berantai tanpa dasar.

Dampak Abu, Akses, dan Kesehatan

Erupsi Gunung Lewotobi dengan kolom hingga 8 km berpotensi menghasilkan hujan abu luas. Butir abu yang jatuh akan mudah tersapu angin, memasuki saluran pernapasan, dan menempel pada permukaan licin. Warga di bawah jejak abu perlu memakai masker/kacamata pelindung, menutup tandon air, menyaring air masuk, dan membersihkan atap secara berkala untuk mencegah penumpukan beban.

Pada saat yang sama, Gunung Lewotolok meski berkolom lebih rendah tetap relevan karena frekuensi letusan tinggi bisa menghasilkan akumulasi abu di radius dekat. Pengendara roda dua/ringkas di jalur lereng harus menambah jarak dan kecepatan rendah; abu halus bisa membuat rem cakram/saluran udara kendaraan kurang responsif. Perangkat elektronik luar ruang—pompa, AC unit, dan panel surya—sebaiknya dimatikan sementara ketika intensitas abu memuncak.

Dampak berikutnya menyasar transportasi udara. Dengan kolom setinggi FL250–FL300 (sekitar 7.600–9.100 meter) yang pernah terekam pada periode sebelumnya, kantor VAAC dapat mengeluarkan Volcanic Ash Advisory yang menjadi rujukan maskapai dan ATC. Penumpang di rute Lembata—Flores Timur—Kupang wajib memantau NOTAM dan pengumuman maskapai. Keterlambatan atau pengalihan rute merupakan bagian dari protokol keselamatan, bukan kepanikan.

Bagi pelaku usaha kecil—warung, koperasi, pengering gabah/bawang—langkah sederhana akan membantu: pasang penutup plastik pada stok bahan pangan, sediakan filter kain di ventilasi, dan jadwalkan pembersihan area jual beli setelah hujan abu mereda. Abu bercampur air menjadi berat; bersihkan bertahap, jangan menunggu menumpuk.

Wajib Tahu:

  • Gunung Lewotolok (Ili/Ile Lewotolok) berada di Pulau Lembata; Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur. Keduanya berbeda ruang magma—erupsi bersamaan bukan berarti saluran yang sama, namun mencerminkan dinamika regional NTT yang memang aktif.

  • Pakai masker, kacamata, tutup tandon, dan hindari aktivitas dalam radius larangan.

  • Abu + hujan membuat permukaan licin dan berat—waspadai atap dan talang.

Apa yang Memicu Erupsi Kembar NTT

Secara vulkanologi, ada dua hal yang menonjol dari sore ini. Pertama, pada Gunung Lewotobi Laki-laki, peningkatan parameter seismik (tremor non-harmonik, gempa vulkanik) yang terakumulasi sejak pertengahan Agustus mendorong kenaikan status ke Awas pada 16/8/2025. Fenomena ini cocok dengan magmatic gas-rich eruption—pasokan gas tinggi menciptakan kolom abu sangat pekat dan tinggi. Kedua, pada Gunung Lewotolok yang berstatus Siaga, data harian menunjukkan frekuensi letusan/hembusan yang relatif banyak. Untuk masyarakat, perbedaan keduanya berarti ini: Lewotobi cenderung menghasilkan kolom/penyebaran yang luas, Gunung Lewotolok berisiko menimbun abu di radius dekat karena letusan sering.

Arah angin adalah variabel penentu berikutnya. Ketika angin permukaan dan lapisan atas berlawanan, abu bisa menyapu dua jalur sekaligus: satu ke pemukiman barat, satunya lagi ke timur laut. Di sinilah rekomendasi PVMBG soal sektoral 7 km untuk Lewotobi menjadi vital—bukan sekadar angka, tetapi proyeksi paling aman untuk ragam skenario arah abu. Untuk Gunung Lewotolok, radius 3 km memastikan aktivitas pendakian, wisata, dan pemukiman terdekat tidak masuk zona berisiko.

Terakhir, perlu diingat bahwa erupsi berseri lazim terjadi pada fase aktif. Jeda satu–dua jam bukan tanda aman permanen. Gunung bisa “menghela napas” lalu memuntahkan letusan susulan. Karena itu, Gunung Lewotolok harus tetap dipantau ketat meski kolomnya lebih rendah, dan Lewotobi—dengan energi lebih besar hari ini—wajib jadi fokus logistik masker air bersih di kecamatan bawah angin.

Outlook 24–72 Jam dan Peta Aksi Warga

Skenario realistis 1 (fluktuasi tinggi): Letusan berulang bertahan, khususnya di Lewotobi, dengan kolom 0,8–4 km dan sesekali bisa kembali ≥8 km bila tekanan gas memuncak. Radius 6–7 km harus steril, alat pelindung diri disalurkan, dan posko pembersihan abu disiagakan oleh BPBD.

Skenario realistis 2 (menurun bertahap): Intensitas letusan melemah, tetapi residu abu masih mengganggu pernapasan dan jarak pandang. Pemerintah daerah dapat memprioritaskan pembersihan fasilitas umum, distribusi air bersih, dan memulihkan layanan transportasi secara bertahap.

Skenario kejutan (angin & cuaca): Perubahan arah angin cepat atau hujan lokal bisa memindahkan zona jatuh abu ke wilayah yang semula aman. Komunikasi PVMBG–BMKG–BPBD melalui VONA/VAAC, early warning system, dan perangkat komunikasi desa harus aktif 24 jam.

Checklist cepat untuk keluarga di lintasan abu:

  1. Pantau resmi: MAGMA Indonesia (PVMBG) & BPBD kab/kota setiap 2–3 jam.

  2. Kesehatan: masker N95/KN95 lebih efektif, sediakan obat ISPA dasar.

  3. Rumah: tutup ventilasi dengan filter kain, lindungi tandon, siram abu tipis secara berkala.

  4. Mobilitas: tunda perjalanan non-darurat ke radius larangan; motor/ATV hindari jalan tanah saat abu pekat.

  5. Pekerjaan & sekolah: gunakan skema daring sementara jika hujan abu intens.

Sumber: Katadata

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img