Site icon Lintas Fokus

Harga Emas Turun Hari Ini: Peluang Emas atau Jebakan?

Harga emas turun

Ilustrasi harga emas yang sedang turun.

Lintas Fokus Di butik resmi Logam Mulia, harga emas turun tipis untuk pecahan 1 gram menjadi Rp1.894.000, dari sebelumnya Rp1.896.000. Harga buyback Antam juga disesuaikan ke Rp1.740.000 per gram (syarat fisik & faktur). Kompas.tv memuat daftar lengkap harga per ukuran yang berlaku Senin, 18 Agustus 2025.

Di jaringan Pegadaian, label ritel berbeda antar-produk karena margin dan jalur distribusi. Untuk acuan hari ini (18/8/2025), data yang konsisten dari beberapa kanal menunjukkan: Antam Rp1.963.000/gram, UBS Rp1.893.000/gram, dan Galeri24 Rp1.881.000/gram. Daftar tersebut dapat Anda temukan pada Liputan6 dan detikJateng, sementara Galeri24 juga menayangkan langsung harga 1 gram Rp1.881.000 di laman resminya.

Di pasar global, spot gold pagi ini memantul dari level terendah dua pekan; Reuters mencatat kisaran US$3.345–3.349/oz seiring penurunan imbal hasil obligasi AS dan sikap tunggu jelang agenda kebijakan. Pergerakan intrahari ini seringkali membuat ritel lokal tampak “tertinggal” karena toko mengacu pada sesi sebelumnya dan kurs ketika memasang harga.

Faktor kurs juga bermain. USD/IDR bergerak di area Rp16.132–16.155 per dolar (range harian). Ketika rupiah lemah, harga emas domestik cenderung tidak turun sedalam global. Namun saat koreksi global cukup tajam, etalase ritel tetap mengikuti, sehingga kita tetap membaca headline harga emas turun di dalam negeri.

Wajib Tahu:

Spread jual–buyback Antam hari ini sekitar Rp154.000/gram. Untuk trader jangka pendek, harga emas turun tipis belum tentu berarti peluang cuan instan karena Anda harus menaklukkan selisih ini terlebih dahulu.

Mesin Penggerak: Dolar, Yield, dan Selera Risiko

Pertama, imbal hasil (yield) AS. Emas adalah aset tanpa kupon; ketika yield naik, biaya peluang memegang emas ikut meningkat dan menekan harga. Begitu yield melemah—seperti pagi ini—emas biasanya memantul. Inilah mengapa kita lihat harga emas turun pekan lalu, lalu berbalik naik tipis saat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter kembali menguat.

Kedua, arah The Fed. Menjelang Jackson Hole, pasar menakar peluang pemangkasan suku bunga pada September/akhir tahun. Nada kebijakan yang lebih dovish umumnya pro-emas; sebaliknya, jika Fed terdengar hawkish, sentimen bisa membalik dan mendorong harga emas turun lagi. Perspektif ini relevan karena keputusan suku bunga menggerakkan dolar AS, yang langsung berimbas ke harga emas global dan—melalui kurs—harga domestik.

Ketiga, permintaan institusional & bank sentral. Laporan World Gold Council (Q2 2025) menegaskan bank sentral menambah 166 ton cadangan—lebih lambat dari puncak sebelumnya, tetapi tetap menjadi penyangga struktural permintaan. Artinya, sekalipun harga emas turun karena faktor makro jangka pendek, lantai permintaan jangka panjang masih terbentuk dari pembelian resmi.

Keempat, rupiah. Kurs yang lebih lemah biasanya “menahan” penurunan ritel. Tetapi jika global jatuh lebih dalam atau toko menyesuaikan harga berdasarkan referensi sesi sebelumnya, publik tetap menyaksikan label harga emas turun ketika masuk ke etalase pagi ini. Karena itu, kombinasi spot gold, yield, dan USD/IDR menjadi trio indikator yang wajib dipantau harian.

Skenario 1–3 Bulan ke Depan: Rebound Bertahap atau Tekanan Lanjut?

Base case (condong naik pelan): pasar masih menilai peluang rate cut tahun ini terbuka. Jika real yield turun dan dolar melemah, emas cenderung mendapat dorongan. Dengan latar seperti itu, penurunan domestik belakangan bisa dianggap fase distribusi sebelum harga menanjak bertahap. Support jangka dekat global berada di area US$3.330–3.350/oz yang hari ini kembali diuji dan dipertahankan—sinyal bahwa minat beli muncul pada pullback.

Bear case (lanjut terkoreksi): inflasi AS kembali bandel, data surprise mengangkat yield, dolar menguat; minat aset berisiko pulih sehingga aliran dana meninggalkan emas. Dalam skenario ini, kita bisa melihat harga emas turun berlanjut secara bertahap. Domestik bisa tertahan lebih tinggi karena rupiah lemah—menciptakan sensasi “harga kok tidak semurah global”—yang mudah menipu timing entry.

Wild card (penopang struktural): bank sentral tetap di sisi beli. Jika WGC benar bahwa niat menambah emas setahun ke depan masih kuat, maka penurunan tajam biasanya berumur pendek. Untuk investor ritel, disiplin akumulasi bertahap saat harga emas turun sering menjadi strategi yang lebih tahan banting ketimbang menunggu “dasar” yang sulit ditebak.

Ringkasnya: peluang rebound bertahap dalam 1–3 bulan masih rasional selama arah kebijakan moneter melunak. Namun volatilitas akan tetap tinggi di sekitar rilis data inflasi AS, pidato pejabat Fed, dan kejutan geopolitik.

Strategi Praktis untuk Investor Indonesia

1) Pantau tiga layar sekaligus.
Layar pertama: spot gold (global). Layar kedua: USD/IDR (kurs). Layar ketiga: etalase ritel (Antam/Pegadaian). Kombinasi ketiganya menentukan apakah harga emas turun benar-benar diskon atau sekadar catch-up ke sesi global sebelumnya. Pagi ini, contohnya: global memantul, rupiah berada di kisaran Rp16.132–16.155, ritel Antam resmi Rp1.894.000/gram, sementara saluran Pegadaian memasang Antam Rp1.963.000/gram dan Galeri24 Rp1.881.000/gram.

2) Hitung spread sebelum beli.
Selisih jual–buyback Antam sekitar Rp154.000/gram. Kalau target Anda hanya mengejar selisih harian saat harga emas turun, kemungkinan besar belum mengalahkan biaya gesek ini. Strategi swing perlu target realistis di atas spread.

3) Akumulasi bertahap (DCA).
Bagi investor dengan tujuan proteksi nilai, metode DCA mengurangi risiko salah timing. Dengan volatilitas yang dipicu Jackson Hole dan rilis data AS, harga emas turun hari ini bisa jadi salah satu leg dari tren yang lebih panjang, bukan akhir cerita.

4) Bandingkan kanal pembelian.
Cek Butik LM Antam, Pegadaian (UBS/Galeri24/Antam), dan Galeri24 langsung. Perbedaan puluhan ribu rupiah per gram akan terasa saat kuantitas membesar. Pro tip: simpan bukti pembelian dan pahami kebijakan buyback masing-masing kanal.

5) Jangan abai kalender kebijakan.
Pidato Jackson Hole, rilis inflasi PCE/CPI AS, dan pergeseran tensi geopolitik sering memutar arah dalam semalam. Pola beberapa hari terakhir—turun ke two-week low lalu memantul—adalah ilustrasi yang sangat jelas.

Sumber: Kontan

Exit mobile version