Site icon Lintas Fokus

Hari kegagalan Internasional: Kisah Lahirnya, Siapa yang Merayakan, dan Kenapa Ramai

Hari kegagalan Internasional justru dimulai dari gerakan akar rumput.

Hari kegagalan Internasional justru dimulai dari gerakan akar rumput.

Lintas Fokus Sebagian hari peringatan lahir dari lembaga resmi, tetapi cerita Hari kegagalan Internasional justru dimulai dari gerakan akar rumput. Pada 2010, sekelompok mahasiswa Aalto University di Finlandia menggagas kampanye untuk mengubah stigma jatuh bangun menjadi bahan bakar keberanian. Gagasannya sederhana: satu hari khusus untuk menceritakan kegagalan, bukan untuk meratapi, melainkan untuk merayakan proses belajar. Sejak saat itu tanggal 13 Oktober diangkat sebagai momen tahunan. Sumber rujukan hari libur global mencatat asal mula perayaan ini dari Finlandia dan diselenggarakan rutin setiap 13 Oktober, sementara laporan media Finlandia pada 2013 menyebutnya telah memasuki tahun ketiga, menguatkan kronologi yang bermula awal dekade 2010-an.

Dorongan pemerintah Finlandia juga sempat tampak. Pada 2017, tim Experimental Finland di Kantor Perdana Menteri menggelar acara bertajuk “Herozerohero” untuk memantik obrolan publik tentang rasa takut gagal. Narasi ini menunjukkan bahwa Hari kegagalan Internasional tidak berhenti sebagai aksi mahasiswa, melainkan berkembang menjadi praktik budaya yang diakui di tingkat institusi.

Di luar Finlandia, berbagai direktori hari peringatan menyebut 13 Oktober sebagai “International Day for Failure”, menegaskan skala globalnya. Beberapa platform gaya hidup dan edukasi turut mengarsipkan konteks historisnya, sehingga pembaca bisa menelusuri bagaimana ide yang lahir di kampus menjelma menjadi gerakan yang dibicarakan lintas negara.

Mengapa Hari kegagalan Internasional relevan di 2025

Pertama, budaya inovasi modern menempatkan kegagalan sebagai bagian dari siklus eksperimen. Organisasi bisnis, inkubator, hingga komunitas teknologi memanfaatkan momentum Hari kegagalan Internasional untuk berbagi “post-mortem” produk, membahas keputusan yang keliru, dan menyusun langkah perbaikan. Artikel analisis dari komunitas bisnis Amerika menekankan bahwa kegagalan yang dikelola justru mempercepat pembelajaran dan menajamkan kompetensi tim. Dengan kata lain, Hari kegagalan Internasional bukan sekadar selebrasi, tetapi kanal edukasi tentang manajemen risiko.

Kedua, banyak narasi korporasi mendemonstrasikan bahwa budaya “berani mencoba” lahir dari ruang aman untuk gagal. Beragam tulisan tentang praktik inovasi di perusahaan global menyoroti bagaimana tim diajak mengapresiasi percobaan yang tidak berhasil agar hipotesis cepat divalidasi. Ini adalah semangat yang dirayakan pada Hari kegagalan Internasional: kegagalan sebagai data, bukan aib.

Ketiga, ekosistem startup Finlandia yang kini bernilai puluhan miliar euro sering dikaitkan dengan sikap terbuka terhadap kegagalan. Pada 13 Oktober 2023, laporan ekonomi Eropa menyoroti bagaimana dunia usaha Finlandia tiap tahun “merayakan kegagalan” sebagai bagian dari perjalanan inovasi. Spirit itu ikut mengangkat reputasi Hari kegagalan Internasional sebagai simbol keberanian bereksperimen.

Siapa saja yang merayakan dan seperti apa bentuk acaranya

Perayaan Hari kegagalan Internasional tidak seragam, tetapi polanya bisa dikenali.

  1. Kampus dan komunitas kewirausahaan
    Sejak awal, kampus adalah episentrum. Aalto University dan jejaring kewirausahaan di Finlandia sering menjadi kiblat cerita, lalu diikuti universitas lain yang mengadakan sesi berbagi kegagalan, kelas publik, hingga kompetisi cerita “paling gagal yang paling banyak mengajarkan”. Direktori kegiatan hari peringatan mengarsipkan ragam aktivitas ini dari tahun ke tahun.

  2. Pemerintah dan lembaga publik
    Kementerian di Finlandia melalui program Experimental Finland pernah memfasilitasi pertemuan khusus pada 13 Oktober untuk mengajak warga membicarakan kegagalan secara terbuka. Ini menunjukkan legitimasi kelembagaan yang mendorong transformasi budaya kerja.

  3. Perusahaan dan komunitas profesional
    Praktik “FailCon” dan “Fail Faire” menjadi inspirasi format acara. FailCon mempertemukan pendiri startup dan investor untuk bedah kesalahan, sementara Fail Faire yang dipopulerkan komunitas pembangunan internasional mengubah kegagalan proyek menjadi pelajaran kolektif. Organisasi di Afrika dan Asia Selatan mengadopsinya untuk belajar dari program yang tidak berjalan sesuai rencana. Pada momen Hari kegagalan Internasional, format-format ini marak karena pesan intinya selaras: bagikan kesalahan, jadikan bahan belajar.

  4. Platform digital dan kampanye media
    Halaman resmi dan komunitas “Day for Failure” di media sosial rutin mendorong warganet mengunggah kisah jatuh bangun tiap 13 Oktober. Direktori hari populer seperti National Today maupun Days of the Year juga menerbitkan halaman khusus untuk memudahkan publik ikut merayakan Hari kegagalan Internasional.

Di Indonesia, gaungnya makin terasa di ranah edukasi, HR, dan komunitas startup. Topik ini sering masuk agenda sesi berbagi pengalaman, mulai dari bedah studi kasus produk hingga forum pengembangan karier. Esensinya sama: Hari kegagalan Internasional dipakai sebagai pagar pengaman psikologis agar orang berani mencoba tanpa takut distigma ketika salah langkah.

Wajib Tahu:

Tanggal 13 Oktober diperingati sebagai Hari kegagalan Internasional. Gerakan ini berawal dari mahasiswa Aalto University pada 2010, mendapat dukungan institusi Finlandia, dan kini diadopsi komunitas kampus, korporasi, serta organisasi lintas negara.

Cara merayakan yang berdampak: dari kelas, kantor, sampai kebijakan

Agar Hari kegagalan Internasional tidak berhenti di unggahan motivasi, berikut tiga pendekatan praktis yang banyak dipakai penyelenggara di seluruh dunia.

Pada level kebijakan, institusi publik bisa memanfaatkan 13 Oktober untuk merilis ringkasan proyek yang tidak berjalan sesuai rencana, lengkap dengan koreksi kebijakan. Pemerintah Finlandia pernah memberi contoh bagaimana forum resmi dipakai untuk mengajak warga berdiskusi tentang kegagalan secara sehat. Praktik semacam ini memperkuat legitimasi Hari kegagalan Internasional sebagai sarana akuntabilitas.

Sumber: Forbes

Exit mobile version