Site icon Lintas Fokus

Kejutan Pahit di Bursa: IHSG Anjlok, Siapa Penopang & Penekan Indeks?

IHSG Anjlok pagi ini.

IHSG Anjlok pagi ini.

Lintas Fokus Gejolak politik dan keamanan merembes ke lantai bursa. Sejak bel pembukaan, IHSG anjlok lebih dari 3% dan mendorong investor masuk mode “risk-off”. Pemerintah menegaskan fundamental ekonomi masih kuat—pertumbuhan, cadangan devisa, dan stabilitas perbankan—seraya menyiapkan insentif serta memastikan Bank Indonesia siaga menjaga rupiah. Namun, untuk pelaku pasar, pesan utama pagi ini sederhana: volatilitas belum pergi.

Di sisi lain, organisasi mahasiswa dan kelompok sipil mengurangi eskalasi aksi di Jakarta seiring pengamanan yang diperketat, tetapi dampak pekan lalu tetap membekas di sentimen. Bahkan Reuters menulis indeks sempat turun >3% di awal perdagangan sebelum pelaku pasar memilah berita kebijakan lanjutan dari pemerintah. IHSG anjlok pagi ini bukan kejadian tunggal; ia adalah kelanjutan risk de-rating akibat ketidakpastian sosial-politik yang merembet ke keputusan trading harian.

IHSG Anjlok: Pembukaan Kacau & Breadth Menghitam

Liputan6 melaporkan IHSG anjlok 3% di pembukaan hari ini, Senin (1/9). KONTAN menambahkan detail penting dari market breadth: sekitar 629 saham turun, 20 saham naik, sisanya stagnan pada pukul 09.05 WIB, dengan indeks sempat melorot ke area 7.61–7.62. Rasio penurun:penguat yang ekstrem ini menandai breadth crash, kondisi ketika penurunan menyapu mayoritas papan dan membuat reli teknikal sulit bertahan. IHSG anjlok dalam kondisi breadth sekental ini biasanya memantik forced selling dari akun-akun yang ketat mengelola margin.

Bisnis.com mencatat momen intraday yang lebih tajam: IHSG anjlok hingga 3,31% ke 7.571 (09.02 WIB) dengan hanya 19 saham menguat, 25 stagnan, dan 630 saham melemah. Kapitalisasi pasar BEI tergerus, perbankan BUMN kompak rontok, menunjukkan tekanan bukan hanya di second liners tetapi juga big caps. Untuk trader, ini bukan sekadar “turun”, melainkan pendalaman risiko yang melanda hampir semua sektor.

Wajib Tahu:

Angka breadth ekstrem (±19 naik vs ±630 turun) pada menit-menit awal memperjelas mengapa IHSG anjlok terasa “berat.” Bukan satu dua saham yang jatuh, melainkan pasar secara luas.

Saham Hijau: Emas Jadi Tameng

Meski IHSG anjlok, ada kantong hijau yang menonjol: emiten emas. Bisnis.com mencatat ANTM, BRMS, HRTA dan sejenisnya justru menguat saat indeks rontok, seirama kenaikan harga emas spot global. Ini textbook flight to safety: ketika ketidakpastian dalam negeri meninggi, kapital mencari hedge berbasis komoditas dengan eksposur dolar. Bagi trader taktis, rotasi sementara ke emas lazim dipadukan dengan underweight pada sektor siklikal ber-beta tinggi untuk meredam volatilitas portofolio.

Katalis tambahan: kinerja operasional emas domestik yang solid. Laporan pagi ini menunjukkan penjualan Antam melonjak tajam semester I/2025, mempertebal neraca ketika volatilitas pasar memuncak. Kinerja fundamental yang membaik seringkali menjadi “bantalan psikologis” yang mendorong bid tetap hadir, bahkan saat IHSG anjlok.

Top Losers & Sektor Tertekan

Dari kubu merah, tekanan sangat merata. Pada konstituen Bisnis-27, ISAT, DSNG, hingga BRPT disebut terjun ke zona merah sesaat setelah pembukaan. Di level sektoral, bank besar juga ikut berguguranBBRI, BMRI, hingga BBTN—mendandai arus de-risking pada big caps. Di tengah IHSG anjlok, para pelaku pasar cenderung melepas saham likuid terlebih dulu karena dapat dieksekusi cepat untuk mengurangi risiko.

KONTAN menyorot sektor transportasi, consumer cyclicals, dan teknologi sebagai yang paling tertekan di awal September. Logikanya jelas: sektor-sektor ini sensitif pada mobilitas, belanja diskresioner, dan risk appetite—tiga hal yang biasanya menyusut saat ketidakpastian sosial-politik meningkat. IHSG anjlok dengan pola sektor seperti ini memberi sinyal pasar sedang menghindari pertumbuhan berisiko, setidaknya sampai ada kepastian kebijakan dan peredaan tensi.

Outlook 2–4 Minggu: Strategi di Tengah Badai

1) Narasi kebijakan & penenang volatilitas.
Regulator dan pemerintah telah mengirim sinyal stabilisasi: fundamental kuat, intervensi rupiah bila perlu, dan insentif fiskal. Namun pasar butuh angka dan tenggat—detail implementasi pemulihan layanan publik, koreksi belanja, serta kejelasan jalur dialog politik. Tanpa itu, potensi whipsaw tetap tinggi meski headline terdengar menenangkan. IHSG anjlok bisa berulang jika detail kebijakan kabur.

2) Level teknikal & disiplin risiko.
Sejumlah house view memetakan area support intraday 7.6–7.7 dan resistance 7.85–8.0 untuk jangka sangat pendek. Artinya, peluang oversold bounce ada, tapi stop-loss wajib disiplin. Swing trader sebaiknya membidik nama berfundamental kuat, cashflow solid, dan likuid—bukan mengejar dead-cat bounce tanpa alasan fundamental. (Lihat pula rekomendasi harian yang menempatkan support 7.73 sebagai acuan taktis).

3) Sektor & tema yang rasional.
Hedge/defensif: emas (ANTM/BRMS/HRTA), terutama saat volatility cluster naik.
Quality large caps: bank papan atas & consumer staples berpotensi jadi destination saat re-risking dimulai—tunggu sinyal perbaikan sentimen dulu.
Hindari over-beta: transportasi & discretionary bisa tetap tertekan bila mobilitas/permintaan tidak pulih cepat. Pola hari ini menunjukkan pasar menghindari pertumbuhan berisiko selama headline kebijakan belum rinci.

4) Arus asing & rupiah.
Kestabilan rupiah menjadi hinge factor. Janji Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas kurs membantu menahan panic selling, tetapi konfirmasi intervensi dan follow-through kebijakan akan menentukan minat asing kembali ke big caps. Dalam skenario dasar, konsolidasi indeks di 7.7–8.0 lebih mungkin ketimbang pembalikan V-shape.

5) Skenario 2–4 minggu.
Base case (moderat): volatilitas memudar bertahap; IHSG berkonsolidasi; rotasi kembali ke quality terjadi selektif.
Bull case: detail kebijakan cepat & kredibel → short-covering + rotasi ke perbankan/staples; breadth membaik.
Bear case: tensi politik berulang → IHSG anjlok lanjutan; flight to safety ke emas/dolar menguat.

Sumber: Kontan Investasi

Exit mobile version