Lintas Fokus – (Israel serang Qatar) Serangan udara yang diklaim dilakukan Israel ke ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa 9 September 2025 waktu setempat menargetkan pimpinan politik Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata. Peristiwa ini memantik kecaman internasional, mengguncang posisi Qatar sebagai mediator, dan memicu kekhawatiran atas masa depan perundingan Gaza. Qatar menyebut tindakan itu pelanggaran kedaulatan, sementara Israel beralasan menargetkan aktor teror. Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak senang dengan serangan tersebut dan menegaskan akan memberi pernyataan lengkap, menandai gesekan baru di antara sekutu. Fakta-fakta kunci berikut merangkum apa yang terjadi, siapa yang terdampak, dan mengapa frasa Israel serang Qatar menjadi sorotan utama hari ini.
Israel serang Qatar: Kronologi dan Lokasi yang Disasar
Menurut keterangan pejabat yang dikutip media arus utama, ledakan mengguncang kawasan Doha saat pimpinan politik Hamas berkumpul membahas usulan gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat. Israel menyasar markas dan titik pertemuan figur kunci Hamas, dengan klaim operasi diarahkan pada tokoh tertentu. Laporan awal menyebut setidaknya lima sampai enam orang tewas, termasuk putra negosiator senior Hamas Khalil al-Hayya, sementara pimpinan puncak disebut selamat. Perbedaan angka korban pada jam-jam awal lazim terjadi dalam operasi semacam ini, karena proses identifikasi dan penyisiran masih berjalan.
Kementerian luar negeri Qatar mengecam tindakan Israel sebagai teror negara dan pelanggaran terang terhadap hukum internasional. Serangan di wilayah mitra utama AS ini dipandang sebagai eskalasi berisiko tinggi karena Qatar selama ini menampung kantor politik Hamas dan menjadi penghubung penting dalam negosiasi sandera serta jeda tembak. Insiden tersebut terjadi berdekatan dengan peringatan Israel agar warga meninggalkan Gaza City dan sesaat setelah klaim Hamas atas sebuah penembakan mematikan di pinggiran Yerusalem, sehingga konteksnya berkelindan dengan dinamika medan perang yang terus berubah.
Wajib Tahu:
Sejumlah media menegaskan ini merupakan pertama kalinya Israel melakukan serangan terbuka di wilayah Qatar, sekutu utama AS dan tuan rumah Pangkalan Udara Al Udeid. Skala politiknya melebihi serangan lintas batas biasa karena menyentuh jantung mekanisme mediasi kawasan.
Respons Dunia dan Reaksi Resmi
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan dan keutuhan wilayah Qatar, sambil menekankan peran positif Doha dalam mendorong gencatan senjata dan pembebasan sandera. Di kawasan, Turki menyebut serangan itu sebagai praktik terorisme oleh negara dan menilai langkah Israel justru mengguncang upaya damai. Saudi, UEA, dan Mesir turut menyuarakan penolakan terhadap serangan yang dinilai bisa menggagalkan pembicaraan gencatan senjata. Pernyataan-pernyataan keras ini memperlihatkan isolasi diplomatik yang kian dalam di tengah sorotan global.
Dari Washington, Presiden Donald Trump menyatakan “sangat tidak senang” dan menilai keputusan sepihak menyerang di wilayah sekutu bukan langkah yang membantu tujuan AS maupun Israel. Ia menyebut telah menerima peringatan menjelang serangan, namun Qatar membantah telah diberi notifikasi sebelum ledakan terjadi. Kontradiksi narasi ini membuka babak baru perdebatan mengenai koordinasi dan aturan main operasi militer lintas wilayah.
Dampak ke Negosiasi Gaza dan Stabilitas Kawasan
Sebelum peristiwa Israel serang Qatar, Doha bersama Kairo menjadi penggerak utama berbagai formula jeda tembak dan pertukaran sandera. Serangan di Doha bukan hanya menewaskan anggota Hamas tingkat menengah, tetapi juga berpotensi memutus jalur komunikasi yang sejak lama menjadi satu-satunya kanal pragmatis antara Israel dan Hamas. Hamas menyatakan pimpinan utamanya selamat sehingga struktur komando politik tetap utuh, namun psikologi perundingan berubah drastis karena kepercayaan di meja mediasi terkoyak.
Di dalam negeri Israel, keluarga sandera mengkhawatirkan dampak langsung terhadap upaya pembebasan. Di sisi lain, kabinet perang menegaskan serangan merupakan kelanjutan doktrin menghapus “imunitas” pemimpin kelompok bersenjata di mana pun mereka berada. Ke depan, risiko rambatan konflik ke Teluk meningkat, termasuk potensi retaliasi asimetris dan manuver diplomatik yang bisa memengaruhi arsitektur keamanan regional, mulai dari kerja sama intelijen hingga mobilitas militer di pangkalan sekutu. Semua faktor ini membuat episode Israel serang Qatar bukan sekadar headline, melainkan variabel penentu fase berikutnya dari krisis berkepanjangan di Gaza.
Panduan Informasi untuk Pembaca Indonesia
Bagi pembaca Indonesia yang mengikuti isu Palestina dan dinamika Timur Tengah, ada beberapa hal praktis yang perlu dicatat. Pertama, fokus terhadap informasi resmi dari PBB, pemerintah Qatar, dan lembaga kredibel internasional untuk menghindari kabar simpang siur. Kedua, pahami bahwa pernyataan dan angka korban pada hari pertama kerap berubah seiring verifikasi lapangan. Ketiga, konteks Israel serang Qatar berhubungan langsung dengan masa depan negosiasi Gaza, sehingga membaca dokumen, konferensi pers, dan pembaruan mediasi sama pentingnya dengan mengikuti kabar korban dan lokasi serangan. Terakhir, bila memiliki perjalanan ke Doha atau transit di kawasan Teluk, pantau imbauan perjalanan serta pemberitahuan maskapai dan otoritas setempat agar dapat menyesuaikan rencana dengan cepat.
Sumber: Reuters