32.6 C
Jakarta
Sunday, July 20, 2025
HomeBeritaKabar Duka: Sleeping Prince Wafat, Akhiri 20 Tahun Koma

Kabar Duka: Sleeping Prince Wafat, Akhiri 20 Tahun Koma

Date:

Related stories

Transformasi Gelap Mortal Kombat Joe Taslim

Lintas Fokus - Joe Taslim bukan sekadar pulang ke set...

Pengumuman Mengejutkan Erika Carlina di Kursi Podcast

Lintas Fokus - Detik ke‑791 episode Close the Door edisi 17 Juli 2025...

Sorotan SUV di GIIAS 2025

Lintas Fokus - Gelora GIIAS 2025 mulai terasa bahkan...

Gelombang Viral, Kronologi Lengkap Skandal Video Sister Hong di Jagat Online

Lintas Fokus - Tiga hari menjelang akhir pekan, linimasa...
spot_imgspot_img

Lintas Fokus Seluruh Timur Tengah berduka setelah Sleeping Prince—Pangeran Al‑Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud — dinyatakan wafat pada 19 Juli 2025. Kematian sosok ini mengakhiri perjalanan medis selama dua dekade yang menjadi sorotan global. Berikut ulasan komprehensif mengenai kronologi, reaksi, hingga konsekuensi sosial‑medis dari kepergian beliau.

Kilas Balik 20 Tahun Perjuangan Sleeping Prince

Kecelakaan lalu lintas di London pada 2005 meninggalkan cedera otak traumatik bagi Al‑Waleed yang kala itu masih 15 tahun. Operasi darurat menyelamatkan nyawa, tetapi menjerumuskannya ke kondisi vegetatif. Semenjak dipindahkan ke King Abdulaziz Medical City, Riyadh, ia dikenal publik sebagai Sleeping Prince dan mendapatkan dukungan hidup penuh — ventilator, trakeostomi, serta nutrisi enteral.

Tim neurologi multinasional rutin mengevaluasi keadaan otak lewat fMRI dan EEG. Walau beberapa video menunjukkan gerakan jari, mayoritas rekaman menunjukkan aktivitas kortikal minimal. Prosedur stimulasi otak dalam pada 2018 tidak memberikan perbaikan signifikan, namun memperkaya literatur neurologi tentang “neuroplasticity pasif” pada pasien vegetatif persisten.

Ayahnya, Pangeran Khaled, teguh menolak penghentian ventilator, mengutip keyakinan religius mengenai harapan ilahi. Sikap tersebut menempatkan kasus ini di garis depan perdebatan bioetika: siapa berhak menentukan batas intervensi medis jangka panjang?

Dampak Global dan Reaksi Diplomasi

Pengumuman kematian Sleeping Prince segera memuncaki trending topic X di 35 negara, termasuk Indonesia. Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman hadir dalam salat jenazah di Masjid Imam Turki bin Abdullah. Dari Jakarta, Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa, menegaskan kedekatan kedua negara di sektor energi dan pelayanan haji.

Tribut digital melesat: tagar #SleepingPrince meraih 4,1 juta kicauan dalam 24 jam. Influencer kesehatan di Indonesia memulai kampanye “Langkah Harapan” untuk mengedukasi publik tentang cedera otak traumatik. Sementara itu, Yayasan Al‑Waleed bin Talal mengumumkan dana 10 juta riyal guna mendukung penelitian neuro‑rehabilitasi.

Perspektif Medis: Apa yang Kita Pelajari?

Dokter mencatat bahwa Sleeping Prince menjalani lebih dari 7 900 sesi fisioterapi dan hanya dua kali menderita pneumonia berat, angka luar biasa bagi pasien yang terbaring lama. Analisis autopsi (yang diizinkan keluarga) diharapkan memberi data tentang degenerasi saraf kronis pada usia dewasa muda.

Profesor Nawaf Al‑Harbi dari Universitas King Saud menuturkan bahwa database medis lengkap pangeran akan dipublikasikan sebagai studi longitudinal terbuka. “Ini kesempatan langka memahami adaptasi organ dalam jangka dua dekade bantuan vital,” ujarnya pada konferensi pers pasca pemakaman.

Wajib Tahu:

Total biaya perawatan Sleeping Prince diperkirakan menembus 35 juta dolar AS—terbesar untuk satu pasien koma di Timur Tengah.

Implikasi Sosial‑Politik Setelah Kepergian Sleeping Prince

Kepergian Sleeping Prince memicu kembali wacana RUU Hak Pasien Terminal di Majelis Syura Saudi. Draf revisi menambahkan klausul panel etik lintas agama sebelum keluarga memutuskan kelanjutan penanganan pasien vegetatif. Ulama terkemuka Syekh Abdullah al‑Mutlaq menyatakan bahwa “ijtihad kolektif” diperlukan untuk menyeimbangkan syariat dengan realitas medis mutakhir.

Di ranah publik, lebih dari 12 juta riyal terkumpul melalui platform Sadaka dalam sehari—ditujukan untuk riset cedera otak. Organisasi amal di Indonesia, Dompet Dhuafa, turut menyalurkan donasi simbolis sebagai bentuk solidaritas.

Ekonomi keluarga tidak terguncang; saham Kingdom Holding stabil karena pangeran bukan pemegang saham langsung. Namun citra filantropi klan bin Talal justru menguat, berkat komitmen kelanjutan program operasi saraf gratis yang telah membantu 500 pasien kurang mampu di kawasan MENA.

Sumber: NDTV

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here