Lintas Fokus – Warga Kampung Cipetir, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, dikejutkan kabar duka pada Senin pagi, 6 Oktober 2025. Seorang petani ditemukan tak bernyawa di jalan setapak tak jauh dari rumahnya. Tak jauh dari lokasi, seekor ular yang diduga King Kobra berukuran sekitar empat meter sudah mati dengan kepala tertancap kayu. Polisi sektor Sagaranten memastikan telah terjadi peristiwa yang mengakibatkan korban jiwa dan mengidentifikasi adanya luka gigitan pada bagian kaki korban. Informasi dari aparat desa dan kecamatan menegaskan kuat dugaan bahwa korban terlebih dulu berhadapan dengan ular tersebut sebelum kemudian tumbang saat berupaya mencari pertolongan.
Keterangan aparat menyebut, jejak perlawanan terlihat jelas di dalam rumah korban. Perabotan berantakan, bekas geseran tanah di area dapur, serta tongkat dan sebilah parang diduga menjadi alat yang digunakan korban ketika berhadapan dengan King Kobra. Temuan di lokasi turut memperlihatkan luka gigitan di sela jempol kaki kanan korban disertai perubahan warna kebiruan, indikasi reaksi lokal dari bisa ular. Setelah pertarungan, korban diduga berjalan menuju jalur setapak untuk mencari bantuan, tetapi racun yang bekerja cepat membuatnya ambruk sebelum sempat ditangani tenaga medis.
Camat Cidadap menuturkan, laporan pertama diterima petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan sekitar pukul 09.35 WIB dan segera ditindaklanjuti bersama Polsek dan Puskesmas setempat. Pemeriksaan lapangan dilakukan, keluarga dibantu pemulasaraan, dan koordinasi antarlembaga dipersiapkan untuk dukungan psikososial. Pemerintah kecamatan mengimbau warga yang bermukim dekat kebun karet dan tepi hutan agar meningkatkan kewaspadaan, mengingat habitat alami berbagai jenis ular berbisa memang berada di area sekitar pemukiman.
Di hari yang sama, pemberitaan daerah menyoroti rangkaian fakta kunci: jasad korban ditemukan oleh tetangga yang hendak menyadap karet, lokasi kejadian berada di wilayah hukum Polsek Sagaranten, ular diduga King Kobra berukuran sekitar empat meter ditemukan mati, serta tidak ada indikasi kekerasan lain selain akibat serangan ular. Rangkaian fakta ini konsisten diberitakan sejumlah media, memperkuat kronologi yang dihimpun aparat dan perangkat desa.
Kronologi yang Dipastikan Aparat, Bukan Spekulasi
Aparat kepolisian menegaskan lokasi kejadian berada di Kampung Cipetir RT 08/RW 03, Desa Cidadap. Korban ditemukan pada 6 Oktober 2025 sekitar pukul 06.00 WIB oleh warga yang hendak bekerja. Di dekat jasad, ular yang diduga King Kobra sudah tak bernyawa, kepala tertancap kayu. Berdasar keterangan Kanit Reskrim Polsek Sagaranten, luka gigitan pada kaki kanan menjadi indikator kuat penyebab kematian sebelum korban sempat mendapatkan penanganan medis. Pemerintah desa menjelaskan, tanda-tanda perlawanan menunjukkan korban sempat bertahan dengan alat seadanya di dalam rumah. Rangkaian konfirmasi ini menjadi pijakan utama bagi publik agar tidak terjebak spekulasi.
Risiko Habitat dan Pentingnya Jalur Rujukan Medis
Wilayah Cidadap berdekatan dengan kebun karet dan area hutan yang menjadi habitat alami ular berbisa. Interaksi manusia-satwa liar sangat mungkin terjadi, terutama pada jam-jam sepi atau saat musim hujan ketika reptil cenderung berpindah lokasi. Edukasi publik mengenai bahaya King Kobra wajib ditingkatkan: serangan bisa berlangsung cepat, dan jumlah racun dalam satu patukan dapat memicu gangguan pernapasan dan kelumpuhan. Karena itu, jalur rujukan medis darurat harus disiapkan rapi, mulai dari kontak ambulans, ketersediaan antivenom di fasilitas kesehatan rujukan, hingga pelatihan pertolongan pertama yang sederhana namun krusial. Pihak kecamatan menyatakan akan memperkuat koordinasi pencegahan agar peristiwa serupa tak berulang.
Pelajaran untuk Warga: Jangan Berhadapan Langsung dengan King Kobra
Pesan yang berulang ditekankan aparat dan pemerintah setempat sederhana namun penting: jika bertemu ular berukuran besar, jangan ditangani sendiri. Segera hubungi petugas berpengalaman atau pawang yang memiliki peralatan memadai. Berita lapangan menegaskan, korban diduga sempat melawan King Kobra dengan tongkat dan parang. Tetapi tanpa perlindungan dan pengetahuan penanganan, risiko fatal meningkat tajam. Praktik umum seperti menyayat luka, menyedot bisa, atau mengikat ekstremitas secara terlalu ketat sebaiknya dihindari karena dapat memperparah kondisi. Fokus utama adalah imobilisasi bagian yang tergigit, menenangkan korban agar denyut nadi tidak meningkat, dan mempercepat akses ke fasilitas kesehatan.
Wajib Tahu:
Untuk kasus gigitan King Kobra, waktu adalah faktor penentu. Imobilisasi anggota tubuh, lepas aksesoris ketat, hindari tindakan tradisional yang tidak terbukti, dan segera cari pertolongan medis rujukan. Data lapangan menunjukkan banyak korban tumbang saat berusaha mencari bantuan terlambat.
Respons Komunitas dan Penguatan Mitigasi
Peristiwa di Sukabumi memantik diskusi publik soal kesiapan komunitas menghadapi satwa liar berbisa. Pemerintah kecamatan menyatakan akan menyiapkan dukungan psikososial bagi keluarga korban sekaligus berkoordinasi untuk pencegahan. Di tingkat warga, upaya sederhana dapat berdampak besar: membersihkan sampah menumpuk yang memancing mangsa ular, memasang penerangan halaman yang cukup, dan menutup celah-celah rumah, terutama di area dapur dan gudang. Program edukasi di kelompok tani dan pos ronda tentang mitigasi King Kobra juga perlu didorong, termasuk informasi kontak darurat, rute tercepat ke puskesmas rujukan, dan simulasi evakuasi sederhana. Upaya ini, bila berjalan konsisten, dapat menekan risiko munculnya korban jiwa di masa depan.
Sumber: Detikcom