Lintas Fokus – Kuala Lumpur, 28 Juli 2025 — Putrajaya International Convention Centre (PICC) berubah menjadi etalase diplomasi Asia Tenggara. Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menghadiri dialog maraton menuntaskan Konflik Thailand dan Kamboja yang sejak 24 Juli menewaskan 35 orang dan memaksa lebih dari 218.000 warga mengungsi. Malaysia, ketua bergilir ASEAN, memimpin perundingan dibantu dua penjamin global: Amerika Serikat—melalui Utusan Khusus Daniel Kritenbrink—dan Tiongkok lewat Wakil Menlu Sun Weidong.
Agenda Putrajaya: Peta Jalan Gencatan untuk Konflik Thailand dan Kamboja
Meja negosiasi mulai bergulir pukul 15.00 MYT. Tiga poin krusial dirumuskan Malaysia dalam Proposal Putrajaya:
Gencatan Senjata 48 Jam – koridor evakuasi Surin (TH)‑Oddar Meanchey (KH).
Penarikan Artileri 10 km dari garis demarkasi 2011.
Komisi Batas Bersama ASEAN berkantor di Kuala Lumpur; tim verifikasi trilateral Malaysia‑AS‑Tiongkok.
Thailand awalnya menolak butir 2 karena isu kedaulatan. Namun tekanan Washington—mengaitkan stabilitas perbatasan dengan rantai pasok semikonduktor—mendorong Bangkok melunak. Di sisi lain, Phnom Penh tergoda tawaran Beijing: dana rekonstruksi 100 juta USD untuk desa terdampak dan komitmen mempercepat proyek “Lancang‑Mekong Economic Belt”.
Lapangan Membara: Eskalasi Terkini & Manuver AS‑Tiongkok di Konflik Thailand dan Kamboja
Bentrokan bermula saat pasukan Thailand menembak posisi milisi di dekat Kuil Ta Moan Thom. Kamboja membalas roket jarak pendek, menghantam pasar Prasat Kravan. Data terkini: 12 prajurit dan 23 warga sipil dari dua negara tewas; 120 rumah hancur.
Amerika Serikat mengirim dua C‑17 berisi rumah sakit lapangan, drone ISR non‑persenjataan, dan tim medis gabungan USAID‑PACAF; tujuan—memantau kepatuhan gencatan sembari memberi bantuan kemanusiaan. Tiongkok menyalurkan 30 truk logistik melalui Sihanoukville dan tiga helikopter Z‑8 untuk evakuasi di Oddar Meanchey. Langkah cepat keduanya memaksa kedua belah pihak menilai biaya reputasi jika menolak gencatan—AS memakai “tongkat” sanksi perdagangan, Tiongkok mengacung‑acungkan “wortel” investasi.
ASEAN & Malaysia Menjahit Solusi untuk Konflik Thailand dan Kamboja
Peran Malaysia bukan kebetulan. Selaku ketua ASEAN, PM Anwar Ibrahim menitikberatkan diplomasi “penyulam”: merajut tekanan Barat, insentif Timur, dan semangat kolektif ASEAN. Singapura serta Indonesia ditempatkan sebagai tim teknis—Singapura menyediakan narasi hukum, Indonesia menawarkan modul de‑confliction training TNI sebagai paket pasca‑gencatan.
Ekonomi kawasan turut dipertaruhkan: harga beras Bangkok 5% broken melonjak 4 USD/ton sejak baku tembak; ekspor karet Thailand ke Phnom Penh terhenti, menyeret industri ban Indonesia. Jika gencatan gagal, Bulog memproyeksikan 18% impor beras premium terganggu, memacu inflasi pangan Jakarta.
Wajib Tahu:
Format “5 + 1”: Thailand, Kamboja, Malaysia, ASEAN SecGen, Amerika Serikat, Tiongkok.
Koridor evakuasi: Surin‑Oddar Meanchey, target buka 24 jam setelah gencatan diteken.
Verifikasi: 100 personel gabungan Malaysia‑Singapura‑Indonesia plus 6 pakar militer AS‑Tiongkok.
Prospek Pasca Putrajaya & Implikasi bagi Indonesia
Jika kesepakatan tercapai malam ini, draf akan dibawa ke KTT ASEAN Bali Oktober 2025 untuk diratifikasi menjadi “Bali Ceasefire Accord”—peta jalan tiga tahun penataan ulang pilar batas, patroli gabungan, dan zona demiliterisasi. Indonesia, sebagai tuan rumah, sudah menyiapkan konsep inklusif termasuk joint economic zone di koridor Aranyaprathet‑Poipet guna menormalisasi perdagangan pascakonflik.
Namun, bila perundingan buntu—skenario “Mekong Meltdown”—beberapa risiko muncul:
Gelombang Pengungsi > 400.000 jiwa ke Laos dan Vietnam.
Lonjakan Harga Beras > 12% di pasar ASEAN.
Perang Proksi: kehadiran ISR AS & helikopter PLA riskan memicu salah tafsir di udara.
TNI‑AU memonitor FIR Natuna‑Utara; Kemlu RI menyiapkan 12 bus evakuasi WNI Surin‑Siem Reap. Di pasar uang, rupiah melemah 45 poin terhadap USD setelah Reuters menurunkan breaking news soal kegagalan sesi pertama.
Apa pun hasilnya, Konflik Thailand dan Kamboja hari ini menjadi ujian kredibilitas ASEAN. Jika Putrajaya sukses, Malaysia akan dikenang sebagai penenang badai; jika gagal, domino instabilitas bisa menjalar ke Mekong Rim dan menekan rantai pasok yang menopang industri Indonesia. Asia Tenggara, sekali lagi, menahan napas menunggu lampu hijau atau sirene baru dari ruang negosiasi.
Sumber: Reuters – “Thai and Cambodian leaders head to Malaysia for peace talks”