Site icon Lintas Fokus

Selamat Jalan, Ozzy Osbourne: Nyanyian Terakhir Sang Prince of Darkness

Ozzy Osbourne duduk di singgasana simbolik era kejayaannya.

Mengenang perjalanan karier Ozzy Osbourne dari Black Sabbath hingga solo, sang legenda heavy metal yang tutup usia 76 tahun.

Lintas Fokus Langit industri musik bergemuruh ketika kabar duka menyebar pada 22 Juli 2025: Ozzy Osbourne meninggal dunia di kediamannya, Los Angeles, dikelilingi keluarga. Meski raganya pergi, gaung vokal serak nan magis itu masih menggema melalui ribuan panggung yang pernah ia taklukkan—dari bar kumuh Birmingham hingga stadion dunia. Artikel ini mengukir lintasan hidupnya: nafas heavy metal bersama Black Sabbath, ledakan era solo, penghargaan bergengsi, hingga himne abadi yang akan terus diputar lintas generasi.


Warisan Ozzy Osbourne di Black Sabbath

Tahun 1968, empat pemuda Aston—John Michael “Ozzy” Osbourne, Tony Iommi, Geezer Butler, Bill Ward—membentuk Earth yang setahun bersalin nama menjadi Black Sabbath. Album debut berjudul sama (1970) dan Paranoid (1970) menyulut revolusi: riff berat, tema suram, dan jeritan Ozzy melebur menjadi cetak biru heavy metal. Hit “Paranoid” lahir hanya dalam 20 menit, tetapi masih mengaum di setlist band‑band rock kontemporer.

Rangkaian sukses lanjut lewat Master of Reality (1971) dan Sabbath Bloody Sabbath (1973). Data RIAA mencatat 70 juta kopi terjual selama periode 1970–1978. Namun ketagihan alkohol—yang kemudian diakui Ozzy Osbourne sebagai “musuh terbesar”—mengantarnya keluar dari band pada 1979. Ironis, pintu keluar inilah yang membuka gerbang karier solo gemilang.


Era Solo: Blizzard of Ozz hingga Grammy Lifetime

Terpuruk sejenak, Ozzy Osbourne bangkit berduet dengan gitar virtuoso Randy Rhoads. Album Blizzar of Ozz (1980) melahirkan “Crazy Train” dan “Mr. Crowley” —klasik abadi yang menancapkan tanda tangan unik: kombinasi riff neoklasik Rhoads dengan jeritan Ozzy. Tragis, Rhoads tewas dalam kecelakaan 1982, tapi sang vokalis terus melaju:

Total diskografi solo: 13 album studio, empat di antaranya multi‑platinum. Rincian penghargaan: tiga Grammy, Brit Icon Award, dan Grammy Lifetime Achievement 2019 untuk kontribusi di Black Sabbath. Di luar musik, festival Ozzfest (1996‑2018) besutannya menjadi landasan lompatan Slipknot, Korn, hingga System of a Down.


Kontroversi, Sakit Parkinson, dan Konser Perpisahan

Kontroversi kerap menempel: insiden menggigit kelelawar (Iowa 1982), larangan tampil di San Antonio selama satu dekade, hingga gugatan lirik “Suicide Solution”. Namun, 2020 membawa tantangan berbeda—diagnosis Parkinson Stadium 2. Alih‑alih hilang, Ozzy Osbourne berubah menjadi juru bicara donasi riset neurologi.

6 Juli 2025, ia menunaikan konser “The Last Cry” bersama Black Sabbath di Villa Park, Birmingham, dihadiri 45.000 penggemar. Di akhir lagu “Changes”, Ozzy memekik, “Kita bertemu di sisi lain!”—seolah tahu inilah pementasan pamungkas. Tiga minggu berselang, dunia mendengar ia tutup usia. Sharon Osbourne merilis pernyataan singkat, “Ozzy pergi damai, musiknya akan hidup selamanya.”


Playlist Definitif: 12 Lagu Wajib Putar

  1. Paranoid | Black Sabbath (1970)

  2. War Pigs | Black Sabbath (1970)

  3. Iron Man | Black Sabbath (1970)

  4. Crazy Train | Blizzard of Ozz (1980)

  5. Mr. Crowley | Blizzard of Ozz (1980)

  6. Bark at the Moon | Bark at the Moon (1983)

  7. Shot in the Dark | The Ultimate Sin (1986)

  8. No More Tears | No More Tears (1991)

  9. Mama, I’m Coming Home | No More Tears (1991)

  10. Dreamer | Down to Earth (2001)

  11. Under the Graveyard | Ordinary Man (2020)

  12. Patient Number 9 | Patient Number 9 (2022)

Daftar ini menjadi kompas sonik: dari distorsi awal 70‑an hingga balada kontemplatif era 2000‑an, menggambarkan evolusi Ozzy sekaligus perjalanan heavy metal.


Wajib Tahu:

Royal Mint Inggris menyiapkan koin edisi spesial Ozzy Osbourne bergambar kelelawar, rilis Desember 2025. Kolektor dapat mendaftar laman resmi mulai September.


Kematian Ozzy Osbourne bukanlah penutup buku, melainkan lampu sorot kekal atas pengaruhnya: mengawinkan riff gelap dan energi panggung teatrikal, menciptakan festival mandiri, serta berani menertawakan dirinya dalam reality show MTV. Kini, dunia kehilangan suara yang merajut horor dan harapan dalam satu pekik, tetapi setiap dentuman drum “War Pigs” di konser mana pun akan selalu menyalakan kembali sosoknya—Prince of Darkness yang takkan padam.

Sumber: The Guardian

Exit mobile version