Lintas Fokus – Kabar duka datang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Pakubuwono XIII wafat pada Minggu, 2 November 2025 pagi. Informasi kematian disampaikan kerabat dan kuasa hukum keraton. Sejumlah media nasional melaporkan waktu berpulang sekitar 07.30 WIB dan usia 77 tahun. Kabar itu diperkuat oleh pemberitaan detikNews, CNN Indonesia, dan Tempo yang merujuk keterangan resmi pihak keraton serta kerabat dekat.
Riwayat kesehatannya disebut menurun sejak September 2025. Pernyataan kerabat mengungkap almarhum sempat menjalani perawatan intensif, sebelum akhirnya berpulang pada pagi hari ini. Detil perawatan yang lebih panjang dilaporkan antara lain oleh jaringan detik yang mengutip keterangan kuasa hukum keraton.
Di tengah suasana duka, publik Solo dan para abdi dalem menyampaikan belasungkawa. Lini masa dan kanal resmi media turut mengabarkan kabar ini dengan menekankan pentingnya menjaga ketertiban prosesi adat hingga pengumuman lanjutan dari pihak keraton.
Prosesi adat: persemayaman, kirab, dan pemakaman di Imogiri
Rangkaian adat dimulai dengan persemayaman di Masjid Pujosono di dalam kompleks Keraton Surakarta. Sejumlah laporan lokal juga menyebut nama Pujasumo, sebutan yang digunakan di lingkungan keraton. Setelah disucikan dan disemayamkan, jenazah akan dikirab menggunakan kereta pusaka jenazah Rata Pralaya dari keraton ke Loji Gandrung sebelum diberangkatkan menuju Pajimatan Imogiri, Bantul, DIY. Rencana pemakaman yang semula disebut Selasa, 4 November 2025 telah diperbarui menjadi Rabu, 5 November 2025, sesuai hasil rapat internal keluarga dan konfirmasi media.
Prosesi kirab memakai kereta pusaka disebut dalam beberapa laporan sebagai Rata Pralaya atau Grada Pralaya. Media nasional menjelaskan kereta ini dibersihkan khusus untuk penghormatan terakhir, dengan rute kirab dari kompleks keraton, transit di Loji Gandrung, lalu perjalanan darat menuju Imogiri.
Bagi warga yang hendak memberi penghormatan, pihak keraton membuka kesempatan melayat di Masjid Pujosono pada masa persemayaman. Jadwal rinci melayat mengikuti pengumuman keraton dan kepanitiaan internal keluarga.
Warisan kepemimpinan dan garis suksesi keraton
Selama dua dekade, Pakubuwono XIII dikenal menjaga marwah Keraton Surakarta dalam periode modern yang penuh dinamika. Ia memimpin berbagai upacara penting, menjaga hubungan kelembagaan, dan mengelola proses rekonsiliasi internal. Profil ringkas dan riwayat kepemimpinan banyak terdokumentasi di kanal media nasional serta ensiklopedia daring.
Perihal suksesi, keraton sebelumnya telah menetapkan putra mahkota dengan gelar KGPAA Hamangkunegoro. Sejumlah media mencatat posisi ini sebagai estafet kepemimpinan setelah Pakubuwono XIII mangkat. Namun, pengukuhan naik takhta tetap mengikuti paugeran dan tata upacara adat, sehingga publik menanti pernyataan resmi keraton mengenai tahapan berikutnya.
Dalam konteks budaya Jawa, transisi kepemimpinan bukan hanya pergantian simbolis, tetapi juga keberlanjutan ekosistem kebudayaan: dari pengelolaan arsip pusaka, tata upacara, hingga pemeliharaan relasi keraton dengan pemerintah daerah dan komunitas seni yang hidup di Solo. Suksesi yang rapi serta komunikasi yang terbuka akan menentukan kepercayaan publik terhadap proses adat di era kini.
Dampak sosial dan ekonomi bagi Solo
Kepergian Pakubuwono XIII menimbulkan duka kolektif, sekaligus menggerakkan ekonomi berbasis tradisi. Prosesi adat skala besar biasanya mendatangkan arus pelancong, aktivitas UMKM, dan liputan media. Pemerintah daerah diuntungkan oleh eksposur, tetapi juga dituntut menyiapkan rekayasa lalu lintas, pengamanan, dan kenyamanan tamu, terutama pada hari kirab dan pemakaman. Informasi resmi mengenai penataan rute dan jadwal menjadi krusial agar prosesi berjalan khidmat tanpa mengganggu aktivitas warga. Laporan lapangan menyebut keraton tetap ramai pengunjung, sementara perangkat adat dipersiapkan dengan cermat oleh abdi dalem.
Pada level yang lebih luas, ini momentum untuk meneguhkan posisi Solo sebagai pusat budaya Jawa. Kejelasan suksesi, perawatan pusaka, dan konsistensi upacara akan menjadi indikator kesehatan institusi budaya yang memiliki pengaruh sejarah panjang di Indonesia.
Wajib Tahu:
Persemayaman almarhum Pakubuwono XIII di Masjid Pujosono kompleks keraton. Kirab jenazah memakai kereta pusaka Rata Pralaya. Rencana pemakaman terbaru: Rabu, 5 November 2025, di Pajimatan Imogiri, Bantul.
Sumber: Tempo.co




