Lintas Fokus – Gelombang baru tenis Indonesia menemukan pusat gravitasinya pada satu nama: Janice Tjen. Dari kampus Amerika ke panggung tur dunia, perjalanannya tidak meledak dalam semalam, tetapi bertumbuh melalui konsistensi, disiplin, dan rangkaian gelar ITF yang mengerek kepercayaan diri. Panggung China Open 2025 di Beijing menjadi tes penting berikutnya, karena di sinilah ritme tur WTA 1000 menuntut kualitas tertinggi dari setiap pukulan dan keputusan. Statusnya sebagai salah satu atlet Indonesia yang menembus level turnamen paling kompetitif musim ini menegaskan bahwa lonjakan peringkatnya bukan kebetulan, melainkan hasil kerja sistematis yang sudah terlihat sejak awal tahun. Di Beijing, ia masuk undian utama lewat jalur kualifikasi dan langsung bersua lawan yang sarat pengalaman.
Janice Tjen: Angka, Identitas, dan Rank yang Menjelaskan Banyak Hal
Sebelum menelusuri detail Beijing, mari tetapkan datanya terlebih dulu. Di daftar resmi WTA, Janice Tjen tertera dengan peringkat tunggal dunia No. 102 pada pekan turnamen China Open 2025, yang sekaligus menjadi pencapaian terbaik kariernya hingga periode tersebut. Profil resmi WTA menampilkan informasi dasar seperti usia 23 tahun, tinggi 1,71 m, lahir di Jakarta 6 Mei 2002, serta catatan hadiah uang dan rekor menang kalah musim berjalan. Posisi peringkat ini datang setelah musim penanjakan yang impresif dari sirkuit ITF ke babak utama turnamen besar.
Perjalanan menuju ranking dua digit tidak terlepas dari lompatan performa sejak 2024–2025, termasuk deretan gelar ITF yang memperkaya poin serta jam terbang. WTA menyoroti bahwa ia mengumpulkan rentetan kemenangan yang luar biasa setelah lulus dari Pepperdine, dengan akumulasi gelar yang membuatnya melompat ratusan peringkat hingga masuk radar turnamen utama. Untuk konteks historis, laman ITF juga menegaskan status peringkat karier teratasnya bersamaan dengan pekan menuju Beijing.
Di mata publik global, lampu sorot semakin terang sejak US Open 2025. Dari kualifikasi, Janice Tjen menembus babak utama Grand Slam dan bahkan mencatat kemenangan besar pada laga debut sebelum dihentikan di putaran kedua. Momen Flushing Meadows ini penting karena membuka visibilitas kepada lebih banyak penonton dan menambah bobot kepercayaan diri saat masuk kalender Asia.
Wajib Tahu:
Pada pekan China Open 2025, peringkat tunggal Janice Tjen tercatat No. 102 WTA, yang juga menjadi karier tertinggi saat itu menurut data resmi WTA dan ITF.
Beijing dan Ujian Konsistensi
China Open 2025 adalah turnamen WTA 1000 di lapangan keras yang mempertemukan elite tur. Di daftar pemain resmi, nama Janice Tjen tercantum sebagai peserta dan ia melalui kualifikasi untuk masuk ke undian utama. Pada putaran pertama, ia bertemu Aliaksandra Sasnovich dalam duel sesama pemain yang datang dari jalur kualifikasi. Laga berlangsung ketat dan menyentuh tiga set, dengan hasil akhir berbalik arah untuk lawan. Walau berhenti di rintangan pertama, pertandingan tersebut menyiratkan bahwa ritme permainan dan kepercayaan diri Tjen sudah cukup untuk bersaing di panggung 1000 poin.
Secara taktik, Tjen menunjukkan ciri pukulan dasar yang bersih dan kemauan mengambil inisiatif dari balik baseline. Perbedaan pada level WTA 1000 sering kali bukan sekadar kecepatan pukulan, melainkan manajemen momen krusial saat skor tipis. Di pertandingan Beijing, yang memisahkan hasil menang dan kalah adalah efisiensi pada poin panjang dan ketajaman servis kedua. Kalah tipis dari pemain berpengalaman berarti masih ada ruang pengembangan pada pemilihan shot di kedudukan deuce serta keberanian menutup poin di area net.
Bagi penggemar tenis Indonesia, keberhasilan menembus undian utama WTA 1000 di Asia memberi dua hal sekaligus. Pertama, konfirmasi bahwa rute dari ITF menuju tier atas telah dieksekusi. Kedua, validasi bahwa Janice Tjen bukan sekadar sensasi sesaat di Grand Slam, melainkan nama yang mulai mengisi kalender turnamen besar dengan ritme yang berkelanjutan. Momentum ini penting untuk menjaga tren poin agar tetap stabil memasuki fase akhir musim.
Latar Belakang, Kampus, dan Evolusi Permainan
Cerita Janice Tjen tidak bisa dilepaskan dari fondasi perguruan tinggi Amerika Serikat. Ia sempat membela University of Oregon sebelum pindah ke Pepperdine University, salah satu program tenis putri yang kuat. Pengalaman NCAA memberinya struktur latihan, jam tanding berkualitas, serta kompetisi ketat yang melatih kepiawaian pada momen penting. Rekam jejak kampus menunjukkan betapa seringnya ia berada di fase akhir turnamen, pertanda konsistensi mental yang kini terbawa ke level tur.
Setelah lulus, lintasan kariernya menanjak pesat. WTA mencatat lonjakan kemenangan dalam 16 bulan terakhir sebelum Beijing, lengkap dengan kumpulan gelar ITF yang mengangkat peringkatnya masuk 150 besar, lalu menyentuh No. 102 pada pekan China Open 2025. Pola permainan yang lebih berani mengambil bola lebih awal, kombinasi forehand cross-court ke down the line, serta servis pertama yang semakin stabil memberi landasan untuk bersaing di turnamen 500 dan 1000.
Dari sisi eksposur internasional, sorotan media global saat US Open 2025 membantu memperkuat brand pribadi. Liputan Reuters dan The Guardian menempatkan namanya di peta arus utama, terutama setelah kemenangan pembuka yang bersejarah untuk tenis Indonesia modern. Narasi besar ini relevan karena sponsor, undangan turnamen, dan rasa percaya diri sering mengikuti eksposur media positif.
Apa Selanjutnya Setelah China Open 2025
Turnamen Beijing memberi pelajaran yang jelas: paket permainan Janice Tjen sudah mendekati standar babak utama di level WTA 1000, tetapi konsistensi pada poin break dan pengelolaan servis kedua perlu dinaikkan. Langkah praktisnya adalah menargetkan undian utama WTA 250 dan 500 berikutnya untuk menjaga aliran poin serta jam tanding melawan lawan dengan gaya beragam. Kalender Asia dan Eropa fall swing menyediakan kesempatan itu, dan dengan peringkat di kisaran No. 102, pintu masuk kualifikasi bahkan undian utama akan lebih sering terbuka. Di sisi lain, memelihara kesehatan dan durabilitas amat krusial, sebab intensitas tur menjelang akhir tahun cenderung meningkat.
Bagi ekosistem tenis Indonesia, kehadiran Janice Tjen pada level Beijing memberi efek demonstrasi. Junior akan punya rujukan baru tentang jalur karier modern: membangun pondasi di NCAA, mengumpulkan gelar ITF, menembus kualifikasi Grand Slam, lalu menguji diri di WTA 1000. Jejak ini, jika dikawal program jangka panjang, bisa melahirkan kontinuitas yang selama ini kita rindukan.
Sumber: Women’s Tennis Association