Kemajuanrakyat.co.id – (PSG vs Inter) Paris Saint-Germain akhirnya memecah kutukan dan mengangkat trofi Si Kuping Besar setelah melumat Inter Milan lima gol tanpa balas di Allianz Arena, München, Sabtu (31/5) malam. Skor telak ini bukan saja memecahkan rekor margin kemenangan terbesar di final Liga Champions era modern, tetapi juga menjadi bukti sahih keberhasilan proyek jangka panjang PSG di bawah Qatar Sports Investments dan kepiawaian taktik Luis Enrique.
Linimasa Pertandingan
- 12’ — Achraf Hakimi 1-0
Pressing tinggi PSG memaksa kesalahan Federico Dimarco. Désiré Doué menyambar bola, berlari di half-space kanan, lalu mengirim cut-back tipis yang diselesaikan Hakimi dengan sepakan first-time. - 20’ — Désiré Doué 2-0
Inter baru saja mencoba bangun serangan ketika Ousmane Dembélé memotong umpan Hakan Çalhanoğlu. Bola diteruskan ke Doué; satu sentuhan kontrol, satu tembakan kaki kiri ke pojok bawah, Gianluigi Sommer terpaku. - 63’ — Désiré Doué 3-0
Kombinasi satu-dua cepat dengan Vitinha membelah lini belakang Nerazzurri. Brace ini menobatkan Doué (19 tahun) sebagai remaja pertama yang mencetak dua gol di final UCL sejak era Champions League dimulai 1992. - 73’ — Khvicha Kvaratskhelia 4-0
Dembélé kembali berperan. Umpan tariknya diterima Kvara di sisi kiri kotak penalti; sayap Georgia itu melakukan cut-inside khasnya, lalu melengkungkan bola melewati jangkauan Sommer. - 86’ — Senny Mayulu 5-0
Pemain akademi yang baru masuk menit 84 menutup pesta. Bradley Barcola menusuk dari kanan, mengirim umpan mendatar, dan Mayulu menyontek bola dengan tenang—gol debutnya di Liga Champions langsung tercipta di final!
Baca Juga: PSG vs Inter: Panduan Lengkap Final Liga Champions 2025
Statistik Utama
Metode | PSG | Inter |
---|---|---|
Tembakan | 23 | 8 |
Tembakan tepat sasaran | 8 | 2 |
Penguasaan bola | 60 % | 40 % |
Operan / Akurasi | 531 / 87 % | 352 / 81 % |
Pelanggaran | 13 | 7 |
Kartu kuning | 2 | 3 |
Tendangan sudut | 4 | 6 |
Offside | 0 | 5 |
Angka-angka tersebut mencerminkan dominasi mutlak Les Parisiens di ketiga fase permainan—build-up, tengah, dan sepertiga akhir.
Taktik Luis Enrique: Pressing Tinggi & Fleksibilitas 3-2-5
Struktur Serang
Secara nominal PSG didaftarkan dalam formasi 4-3-3, tetapi ketika menyerang pola berubah menjadi 3-2-5:
- João Neves drop sejajar Marquinhos & Willian Pacho, membentuk back-three asimetris.
- Achraf Hakimi naik sangat tinggi di kanan, sementara Nuno Mendes menahan posisi di kiri untuk keseimbangan.
- Lima penyerang di depan—Dembélé, Doué, Vitinha (false 10), Kvaratskhelia, dan Hakimi—menciptakan overload di lini pertahanan Inter.
Skema Pressing & Transisi
Enrique menargetkan trio tengah Inter (Çalhanoğlu, Barella, Mkhitaryan) dengan man-oriented pressing. Saat bola digeser ke sayap, Ruiz atau Doué memblok jalur umpan balik, memaksa long ball yang mudah dibaca Pacho & Marquinhos. Transisi PSG begitu cepat; gol pembuka tercipta hanya tujuh detik setelah Inter kehilangan bola di area mereka sendiri.
Pemain Kunci & Man of the Match
Désiré Doué — 2 Gol, 1 Assist
Remaja Prancis ini nyaris tak terhentikan: tiga dribel sukses, sembilan progresi bola, dan konversi tembakan 100 %. Keberaniannya menekan Pavard sejak menit pertama mengubah arah laga.
Ousmane Dembélé — 2 Assist, 5 Key Passes
“Agent of Chaos” PSG menggunakan kecepatan untuk memecah blok trio Acerbi-Pavard-Bastoni. Tanpa harus mencetak gol, ia terlibat langsung dalam tiga proses gol.
Achraf Hakimi — Bek Sayap dengan Lisensi Menyelesaikan
Selain gol pembuka, Hakimi mencatat 7 recovery, 4 umpan silang akurat, dan 3 intersep. Kombinasi stamina & disiplin membuat Dimarco tak pernah nyaman overlap.
Rekor & Dampak Historis
- Margin lima gol adalah kemenangan terbesar di final Liga Champions sejak kompetisi bernama Piala Champions (1956-1992).
- Luis Enrique meraih treble untuk kali kedua bersama klub berbeda (Barcelona 2015, PSG 2025), menyamai pencapaian Pep Guardiola.
- PSG menjadi klub Prancis kedua yang menjuarai kompetisi ini, 32 tahun setelah Olympique Marseille (1993).
Dominasi ini menandai pergeseran kekuatan finansial dan teknik dari poros tradisional Spanyol-Inggris-Italia ke model klub negara-bagian modern.
Implikasi Ekonomi & Branding
- Lonjakan kata kunci “cara nonton UCL live” di Indonesia menunjukkan potensi paket OTT “late-night pass” bagi penonton shift malam.
- Pencarian jersey Doué & Kvaratskhelia naik lebih dari 300 % dalam 24 jam—ritel lokal bisa menyiapkan pre-order cepat.
- Gelar Eropa pertama membuat PSG dapat menaikkan appearance fee tur pramusim Asia: rata-rata klub juara mematok USD 2 juta per laga.
Apa Berikutnya Bagi Kedua Klub?
- PSG: Fokus memperkuat bek tengah muda—nama António Silva (Benfica) dan Leny Yoro (Lille) muncul. Gonçalo Ramos kemungkinan dipermanenkan setelah adaptasi cepat.
- Inter Milan: Perlu regenerasi; rata-rata lini belakang 32 tahun. Simone Inzaghi diprediksi mencari gelandang box-to-box berusia 24-27 guna menambah dinamika.
Pelajaran Taktik untuk Pelatih Lokal
- Overload Asimetris efektif jika ada balancer (Mendes) yang siap menutup ruang kosong.
- Pressing blok tengah menjaga intensitas tanpa menguras stamina, berbeda dengan high-press 90 menit.
- Kepercayaan pada talenta muda memberi energi baru dan faktor kejutan—Doué & Mayulu tampil tanpa beban.
Kesimpulan PSG vs Inter Milan
Final musim 2024/25 bukan sekadar trofi perdana PSG, melainkan bukti konkret bahwa investasi terukur di akademi, data scouting, dan pelatih berfilosofi progresif dapat menumbangkan dominasi tradisional Eropa. Inter Milan—dengan skuad sarat veteran—menjadi cermin bagi klub lain: tanpa peremajaan dan adaptasi gaya bermain, selisih kualitas akan tampak brutal di panggung tertinggi.