Lintas Fokus – Nama Rheza Sendy Pratama—mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta—menjadi sorotan nasional setelah dikabarkan meninggal dunia usai aksi yang berujung bentrok di koridor Ring Road Utara dekat Mapolda DIY. Media arus utama telah mengonfirmasi identitas dan keberadaan jenazah di rumah duka Sleman; sementara penyebab kematian serta rantai peristiwa detail masih menunggu klarifikasi resmi aparat dan pihak medis. Narasi di linimasa memang deras, namun publik berhak atas pemisahan tegas antara fakta terverifikasi dan klaim yang masih butuh pembuktian.
Pada malam hingga dini hari di sekitar Mapolda DIY, situasi memanas—gas air mata ditembakkan untuk membubarkan massa, ring road macet total, sebagian fasilitas rusak, dan kendaraan terbakar. Sejumlah layanan publik ikut terganggu; SKCK dan SPKT Polda DIY ditutup sementara, yang menandakan skala dampak keamanan di kota pelajar itu. Di dalam bingkai inilah cerita tentang Rheza Sendy Pratama mesti dibaca: duka keluarga, keresahan publik, serta kebutuhan akan audit yang transparan.
Kronologi Singkat di Ring Road Utara (Apa yang Kita Tahu dari Lapangan)
Jumat malam, 29 Agustus 2025, massa aksi terus bertambah di depan Mapolda DIY. Reporter di lokasi melaporkan tembakan gas air mata, massa berhamburan ke arah barat, api berkobar, hingga Ring Road Utara lumpuh. Sabtu paginya, area Polda DIY terlihat dijaga ketat; warganet dan warga sekitar menyaksikan sisa kerusakan dari kejadian malam sebelumnya. Kumpulan fakta ini memetakan konteks lapangan sebelum kabar wafatnya Rheza Sendy Pratama beredar luas di hari Minggu.
KompasTV serta rilis kepolisian daerah mengafirmasi imbas layanan: pengurusan SKCK di Mapolda ditutup sementara dan dialihkan ke polres terdekat. Ini bukan sekadar informasi administratif, melainkan indikator bahwa aparat mengakui adanya gangguan serius terhadap operasional publik setelah kericuhan.
Rheza Sendy Pratama: Data Terverifikasi & Status Terkini
Media nasional Tempo menyebut Rheza Sendy Pratama—mahasiswa Amikom—tewas saat demo berujung bentrok di Ring Road Utara pada Ahad, 31 Agustus 2025. Identitas dan status akademik almarhum dikukuhkan media lokal Radar Jogja (Jawa Pos Group): Prodi Ilmu Komunikasi Amikom Yogyakarta (angkatan 2023). Yang juga penting, jenazah dilaporkan tiba di rumah duka di Jaten, Sendangadi, Mlati, Sleman pada pukul 14.52 WIB dan dimakamkan setelah prosesi salat serta doa. Detail ini adalah fondasi faktual: nama, kampus, waktu, dan lokasi. Namun penyebab kematian—apakah terkait trauma, pernafasan, atau faktor lain—belum dipublikasikan secara resmi saat artikel ini ditulis.
Di linimasa, beredar dugaan soal kekerasan aparat. Publik wajar marah dan berduka. Tetapi secara jurnalisme data, materi medsos adalah indikasi yang harus diuji melalui rekam medis, CCTV, kemungkinan rekaman body cam, serta kesaksian yang diverifikasi. Pada fase ini, Rheza Sendy Pratama patut kita sebut dengan hormat sekaligus hati-hati: hormat pada duka keluarga; hati-hati pada klaim yang belum diuji.
Apa yang Sudah Pasti, Apa yang Masih Diselidiki (Agar Diskursus Tetap Jernih)
Yang sudah pasti: (1) Rheza Sendy Pratama adalah mahasiswa Amikom Yogyakarta; (2) ia meninggal pascarangkaian bentrok di Ring Road Utara; (3) jenazah telah berada di rumah duka Sleman; (4) imbas keamanan membuat layanan SKCK/SPKT di Polda DIY ditutup sementara. Keempat hal ini disokong pemberitaan Tempo, Radar Jogja, detikJogja, dan KompasTV.
Yang masih diselidiki: (1) Penyebab medis kematian Rheza Sendy Pratama; (2) urutan peristiwa yang melibatkan almarhum saat kepanikan massa dan tindakan penertiban; (3) potensi pelanggaran SOP oleh pihak mana pun—jika terbukti. Publik menunggu pernyataan resmi berbasis data: hasil visum/otopsi, kronologi yang di-cross-check, serta keterbukaan bukti visual. Tanpa itu, ruang spekulasi akan menggerus kepercayaan dan memperuncing polarisasi.
Wajib Tahu:
Hingga kini, nama, kampus, dan kedatangan jenazah Rheza Sendy Pratama sudah terkonfirmasi; penyebab kematian belum disampaikan resmi. Saring informasi dan hindari menyebarkan klaim yang belum didukung bukti.
Dampak ke Kampus, Kebijakan Pengamanan, dan Kepercayaan Publik
Kabar duka Rheza Sendy Pratama mengejutkan komunitas kampus Yogyakarta yang memiliki tradisi aktivisme kuat. Amikom Yogyakarta dan organisasi mahasiswa diharapkan menghadirkan dukungan psikososial bagi teman seangkatan, membuka jalur komunikasi yang hangat dengan keluarga almarhum, serta menyiapkan pendampingan hukum bila diperlukan. Di saat bersamaan, aktor-aktor kampus perlu menjaga narasi bertanggung jawab—mengawal proses hukum tanpa memperbanyak klaim yang belum teruji.
Dari sudut kebijakan, Polda DIY dan pemda setempat perlu menyampaikan laporan pascakejadian yang akuntabel: jumlah penangkapan, dasar hukum, status korban luka, hasil evaluasi SOP pengendalian massa, hingga rencana mitigasi agar kejadian serupa tak berulang. Transparansi berbasis data—bukan sekadar imbauan—adalah kunci memulihkan trust. Publik juga berhak tahu apakah pada saat penertiban tersedia rekaman CCTV atau perangkat perekam lain (mis. body cam) yang dapat membantu mengurai duduk perkara.
Kita perlu menahan diri dari pembingkaian simplistis—entah menyapu semua demonstran sebagai anarkis, atau menuding semua aparat sebagai pelaku. Demokrasi bekerja jika kritik dan keamanan ditimbang secara proporsional; jika akuntabilitas ditegakkan untuk setiap pelanggaran aturan; dan jika nama Rheza Sendy Pratama menjadi alarm perbaikan, bukan bahan bakar saling curiga.
Kematian Rheza Sendy Pratama adalah tragedi sekaligus ujian. Ujian bagi empati kita—agar duka keluarga tak dipolitisasi. Ujian bagi institusi—agar transparansi dan akuntabilitas tak berhenti di pernyataan. Dan ujian bagi ekosistem publik—agar kita berpijak pada fakta dalam menuntut keadilan. Sampai ada temuan resmi yang terang, jagalah ruang duka ini dengan martabat, dan doronglah otoritas untuk membuka data seterang-terangnya.
Sumber: Tempo