Lintas Fokus – Semalam, euforia yang lama memayungi Saham Nvidia retak. Rilis kinerja kuartal fiskal II 2026 kembali “beat” konsensus, namun tidak membahana seperti kuartal-kuartal sebelumnya. Hasilnya: Saham Nvidia berbalik turun di after-hours sekitar 3–5% dan berlanjut negatif di sesi Eropa (Frankfurt -2,9%) pada Kamis, 28 Agustus 2025. Dalangnya bukan “kabar buruk”—melainkan ekspektasi yang terlalu tinggi: pertumbuhan segmen data center dinilai tak se-spektakuler bayangan pasar, panduan pendapatan berikutnya “hanya” $54 miliar, plus ketidakpastian penjualan chip ke China. Media global menandai pola klasik: beat, tetapi saham turun karena “priced for perfection”.
Saham Nvidia: Mengapa Merosot Semalam?
Mari kita tarik benang merah. Dari sisi fundamental, Nvidia melaporkan pendapatan $46,7 miliar (+56% YoY) dengan pendapatan data center $41,1 miliar (+56% YoY). Ini bukan angka sembarangan; namun pasar membandingkannya dengan standar “loncatan super” yang terbentuk sepanjang reli AI. Ketika kejutan (surprise) mengecil, Saham Nvidia rawan aksi ambil untung. Reuters dan Yahoo Finance merekam reaksi cepat: saham sempat turun sekitar 3–5% di luar jam bursa, sebelum melemah lagi menjelang pembukaan dan di Eropa.
Sumber keresahan lain adalah guidance. Manajemen memproyeksikan pendapatan sekitar $54 miliar (±2%) untuk kuartal fiskal berikutnya—di atas konsensus, tetapi tidak menyalip ekspektasi agresif sebagian pelaku pasar. Sejumlah media menekankan satu detail penting: proyeksi itu tidak memasukkan kontribusi penjualan chip H20 ke China. Di saat valuasi super-premium, sinyal “ruang upside terbatas” dalam jangka pendek sering dibaca pasar sebagai alasan untuk mengunci cuan.
Wajib Tahu:
-
After-hours: NVDA sempat -3% hingga -5% usai rilis.
-
Eropa (Frankfurt): NVDA -2,9% keesokan harinya.
-
Guidance: $54 miliar (±2%) dan tanpa asumsi penjualan H20 ke China.
Ringkasan di atas terekam konsisten di Reuters, Yahoo/Investing, dan ringkasan media keuangan lainnya.
Angka Resmi: Kuat, tetapi Tak Lagi “Mengejutkan”
Mari bedah angka inti. Pendapatan $46,7 miliar (naik 6% QoQ; 56% YoY) dan data center $41,1 miliar (naik 5% QoQ; 56% YoY) menegaskan mesin AI Nvidia masih melaju. Bahkan manajemen menyebut Blackwell Data Center tumbuh 17% QoQ, menandai permintaan menuju generasi berikut. Akan tetapi, bagi sebagian investor, laju pertumbuhan yang tetap tinggi namun tak melonjak seperti sebelumnya terasa “kurang dramatis” untuk menopang valuasi setinggi ini—itulah ironi saham yang “priced for perfection.” Rilis resmi Nvidia mengonfirmasi angka-angka tersebut.
Pada sisi kebijakan modal, Nvidia mengumumkan otorisasi buyback baru $60 miliar—di luar sisa porsi program sebelumnya. Biasanya, pengumuman sebesar ini menjadi “bantal” psikologis harga. Namun kali ini, efeknya tertutup oleh narasi guidance yang ‘biasa-biasa saja’ dan kabar China. WSJ, MarketWatch, Barron’s, serta Yahoo Finance mencatat besaran buyback—menegaskan Nvidia masih memproduksi arus kas yang besar, tetapi pasar ingin kejutan lebih.
China, Buyback $60 Miliar, dan Valuasi yang “Menuntut”
Persamaan ini sederhana: China + ketidakpastian = premi risiko. Perusahaan mengonfirmasi tidak ada penjualan H20 ke China pada kuartal terakhir dan tidak memasukkan asumsi H20 di panduan. Di tengah tensi perdagangan dan dorongan substitusi lokal di China, pasar menilai jalur penjualan jangka pendek berliku. Business Insider, Axios, dan Reuters menyoroti nada hati-hati tersebut, walau jangka panjang Nvidia masih menyiapkan langkah besar (Blackwell → Rubin). Saham Nvidia pun sensitif terhadap setiap judul berita terkait aturan ekspor atau adopsi chip lokal.
Lalu, mengapa Saham Nvidia begitu mudah “tersandung” berita kecil? Jawabannya: valuasi. Dalam beberapa bulan, implied move (ekspektasi volatilitas) sekitar rilis laba sudah terpetakan tinggi; ketika fakta tak menyalip ekspektasi, re-pricing terjadi. Reuters menulis pelemahan NVDA menjalar ke saham-saham chip di Asia pada Kamis pagi—tsunami kecil yang khas di pasar bertema AI. Bagi trader, kondisi ini memperbesar risiko whipsaw usai rilis data keras.
Di balik itu semua, buyback $60 miliar tetap relevan untuk mendukung valuasi seiring waktu—bukan per jam. Program sebesar ini mempertebal EPS accretion saat volatilitas memaksa harga “kembali ke bumi”. Namun buyback bukan “tongkat sihir” intraday; efeknya terasa ketika pasar kembali fokus pada arus kas dan roadmap produk. WSJ/MarketWatch/Barron’s menegaskan konteks buyback ini.
Implikasi ke Portofolio: Strategi di Tengah Volatilitas
Saham Nvidia kini menghadapi tiga sumbu penggerak jangka pendek: (1) ukuran “beat” vs ekspektasi, (2) visibilitas penjualan di China, dan (3) kecepatan transisi pelanggan ke Blackwell. Untuk investor ritel, artinya manajemen risiko harus disiplin.
Pertama, bedakan narasi jangka pendek dan fundamental jangka panjang. Jangka pendek: berita China dan “tingkat kejutan” laba bisa mengguncang. Jangka panjang: permintaan komputasi AI masih berekspansi; rute Blackwell → Rubin memberi optionalitas pertumbuhan. Reuters dan IBD (Investor’s Business Daily) menggarisbawahi optimisme CEO Jensen Huang terhadap lintasan produk berikutnya, meski mengakui kendala regulasi ekspor. Saham Nvidia tetap pemimpin ekosistem—tetapi volatilitas adalah harga dari kepemimpinan.
Kedua, jangan terpaku pada satu metrik. Selain data center, cermati arus kas dan eksekusi buyback $60 miliar. Ketika volatilitas meningkat, program pembelian kembali bisa menjadi lantai valuasi. MarketWatch dan Barron’s menempatkan buyback sebagai bagian dari strategi alokasi modal jangka panjang Nvidia.
Ketiga, tentukan horizon. Untuk trader, pahami bahwa implied move pra-earnings membuka ruang swing besar—stop-loss dan ukuran posisi itu wajib. Untuk investor dengan horizon >12–24 bulan, averaging baru masuk akal jika profil risiko cocok dan keyakinan pada roadmap produk tetap tinggi. “Kecewa hari ini” tidak otomatis membatalkan tesis multi-tahun—namun disiplin selalu menang melawan emosi.
Terakhir, waspadai efek rambatan sektor. Tekanan di Saham Nvidia sering memicu koreksi ikut-ikutan di TSMC, ASML, dan pemasok lain—padahal fundamental masing-masing tidak identik. Reuters menulis pasar Asia ikut goyah, tetapi dampaknya lintas bursa selektif. Ini peluang bagi yang paham perbedaan eksposur pendapatan dan pipeline produk di tiap emiten.
Sumber: Reuters