Lintas Fokus – Ribuan linimasa X, Instagram, dan TikTok dihebohkan tagar #PoldaDIYTransparanSekarang. Sebabnya? Penangkapan lima mahasiswa teknik di Sleman pada 3 Agustus 2025 yang disebut merugikan bandar judi online (judol) hampir Rp 2 miliar. Alih-alih panen pujian, Polda DIY justru dihujani tudingan “menjaga pintu belakang” bagi pemodal aplikasi Zeus777. Mengapa eksekusi kilat dilakukan ke pemain, tetapi otak besar di balik kasino digital itu tak tersentuh? Artikel ini menelusuri semua sisi: kronologi penangkapan, aliran aset kripto, jaringan sponsor, dan jurang kepercayaan publik terhadap Polda DIY.
Kronologi Penangkapan & Sikap Polda DIY
Polisi siber Polda DIY menyerbu rumah kontrakan di Depok, Sleman, menyita 14 laptop, 28 ponsel, serta dompet kripto senilai 37 ETH. Lima mahasiswa—inisial AR, DJ, KS, LB, RP—ditetapkan tersangka Pasal 303 KUHP. Mereka diekspos “meretas API top-up” sehingga bisa menambah kredit tanpa membayar. Publik kecewa ketika konferensi pers ditunda 48 jam, memicu dugaan polisi “menata narasi”.
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Julianto, membantah tirai perlindungan. “Kami koordinasi PPATK dan Mabes,” ucapnya, namun ia tak menjelaskan status YF—sosok yang diduga bandar sekaligus pemilik server Zeus777 di Singapura. LSM MediaWatch lalu merilis laporan crowd-source yang menemukan logo PT Gatawara (hosting Zeus777) tercetak pada spanduk turnamen futsal yang pernah disponsori Polda DIY. Hubungan inilah yang disorot: apakah kebetulan atau konflik kepentingan?
Jejak Digital & Dugaan Aliran Dana di Polda DIY
Blockchain-forensic Whale-Trail mendeteksi 39 transaksi kontrak cerdas ke dompet “0x67a…faB” berbasis Rusia. Nilai total Rp 1,97 miliar. Ketika ditanya, penyidik Polda mengakui “sulit memaksa exchanger asing membuka KYC”. Pakar ekonomi digital, Damar Juniarto, menilai pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) seharusnya diterapkan. “Tanpa pasal pencucian, kasus akan berhenti di pemain kecil,” katanya di podcast Hukum360.
Sementara itu, PPATK membekukan tiga rekening domestik tersangka. Anehnya, rekening diduga milik YF belum tersentuh. Whistle-blower anonim di Telegram “Jogja Exploiters” mengklaim YF menyetor Rp 200 juta untuk sponsor futsal “Merapi Cup 2025”—event yang dibuka Kapolda DIY Mei lalu. Polda DIY belum menanggapi detail sponsor tersebut.
Reaksi Publik & Jurang Kepercayaan Polda DIY
Survei Populix 9 Agustus terhadap 1.000 warga DIY-Jateng mencatat 42% “kurang percaya” Polda DIY akan menindak tegas bandar; 18% “tidak percaya sama sekali”. Ombudsman DIY membuka posko pengaduan etik; dalam dua hari, 37 laporan masuk—mayoritas menyoal lambannya transparansi barang bukti dan keterlibatan sponsor.
Di sisi lain, Masyarakat Anti Judi (MAJ) menilai penangkapan itu sinyal awal positif. “Setidaknya Polda menunjukkan bukti digital, bukan cuma screenshot,” ujar Ketua MAJ, Nur Hasanah. Kisah pun terbelah: sebagian warga menuntut pembongkaran tuntas, sebagian merasa polisi sudah di jalur benar. Kunci ke depan ada pada audit aset digital dan pemanggilan saksi manajer server PT Gatawara.
Langkah Lanjut—Akankah Polda DIY Mengejar Bandar?
-
Forensik Kripto
Interpol Cyber Fusion Unit dikabarkan membantu melacak dompet YF. Bila terbukti terhubung, Red Notice disiapkan. Polda DIY wajib segera memperbarui publik demi memulihkan kredibilitas. -
Audit Sponsor
Dokumen CSR PT Gatawara terhadap turnamen futsal harus dipublikasikan. Tanpa keterbukaan, bayang-bayang kolusi akan terus melekat pada Polda DIY. -
Pradilan & Pendidikan Digital
Keluarga tersangka menyiapkan permohonan praperadilan, mengklaim anak-anak itu “white hat” yang bermaksud melaporkan bug. Universitas mereka menjadwalkan seminar etika hacking agar talenta muda tak tergelincir.
Wajib Tahu:
DIY adalah provinsi pertama yang menerapkan Perda Ketertiban 2024 dengan pasal khusus denda Rp 50 juta bagi pemilik warkop yang membiarkan pelanggan bermain judol—aturan ini justru jadi celah razia selektif, kata pengamat hukum UII.
Kesimpulan
Kasus Polda DIY versus lima mahasiswa judol bukan sekadar drama kriminal; ia menyingkap lubang regulasi cryptocurrency, relasi sponsor olahraga, hingga kredibilitas aparat. Publik menunggu: apakah polisi berhasil menangkap bandar atau publikasi konferensi pers hanya jadi selimut kontroversi? Jika data aset digital dan kontrak sponsor tetap tertutup, kepercayaan warga Yogyakarta bisa tergerus lebih jauh—dan tagar #PoldaDIYTransparanSekarang akan tetap memanas.
Sumber: Tempo