Site icon Lintas Fokus

Tersingkap di Lima: Penembak Zetro Tertangkap, Motif Mulai Mengarah

Kasus Staf KBRI di Peru memanas. Penembak Zetro ditangkap, 5 tersangka diamankan, jejak senjata dan motor terkuak.

Kasus Staf KBRI di Peru memanas. Penembak Zetro ditangkap, 5 tersangka diamankan, jejak senjata dan motor terkuak.

Lintas Fokus Drama perburuan pelaku penembakan terhadap Staf KBRI di Lima, Zetro Leonardo Purba, bergerak cepat. Kepolisian Peru menangkap lima orang yang diduga terlibat, termasuk terduga eksekutor dan pengemudi motor yang membawa pelaku kabur. Media Peru dan kantor berita Eropa melaporkan seluruhnya ditangkap dalam operasi berbasis intelijen, berikut barang bukti senjata api dan sepeda motor yang diduga digunakan saat kejadian. Ballistic test menyebut peluru di TKP konsisten dengan senjata yang disita. Ini bukan sekadar penangkapan rutin, melainkan terobosan kunci yang memindahkan perkara dari misteri gelap ke arah rekonstruksi yang jelas.

Di sisi lain, pemerintah dan kepolisian Peru sejak awal mengategorikan serangan ini sebagai pembunuhan berencana model kontrak. Tidak ada barang yang hilang, CCTV memperlihatkan eksekusi jarak dekat, dan pola pelarian yang rapi dengan sepeda motor. Semua elemen itu memperkuat anggapan bahwa targetnya adalah korban, bukan perampokan acak. Menteri Dalam Negeri Peru Carlos Malaver menegaskan klasifikasi tersebut di parlemen, sambil menyoroti tren kriminalitas mematikan yang meningkat di negara itu. Di Jakarta, Menlu RI Sugiono mendesak proses investigasi menyeluruh dan pengamanan bagi WNI di Peru.

Penangkapan Kilat di Lima: Lima Tersangka, Satu Penembak

Menurut pemberitaan harian Peru, polisi menciduk lima orang yang dihubungkan dengan kelompok kriminal yang disebut “Los Maleantes del Cono”. Dari lima tersangka, dua diduga paling dekat dengan eksekusi malam nahas itu. Wilson José Soto, alias Primo, disebut mengemudikan motor. Yaiker Antonio Echenagucia, alias Malako, disebut sebagai pelaku penembakan. Tiga lainnya yang turut diamankan adalah Fabián Rafael Maestre, Lairo Isac García, dan David Guevara Bravo. Para tersangka kini berada di Direktorat Kriminal (Dirincri), menjalani penahanan awal untuk pendalaman peran masing-masing dan alur senjata.

Detail yang memperkuat konstruksi perkara muncul dari temuan balistik dan jejak kendaraan. Media setempat menulis peluru yang diambil dari tubuh korban dan lokasi kejadian identik dengan amunisi senjata yang disita saat penangkapan. Kepolisian juga mengamankan sepeda motor yang diduga dipakai kabur. Bahan peledak, ponsel, dan barang lain turut disita, yang membuka kemungkinan pengembangan ke jaringan yang lebih besar. Informasi awal menyebut para tersangka memiliki kaitan satu sama lain dan bekerja terstruktur, ciri yang cocok dengan pola kontrak pembunuhan.

Kronologi malam kejadian turut dilengkapi publikasi internasional. Staf KBRI itu ditembak tiga kali saat baru tiba di depan apartemennya di distrik Lince, Lima, setelah bersepeda pulang. Pelaku menembak dari jarak sangat dekat, lalu mengeksekusi tembakan terakhir ke arah kepala, sebelum naik motor yang sudah menunggu. Tidak ada barang korban yang diambil. CCTV lingkungan menangkap manuver cepat itu, dan rekaman menjadi kunci pembacaan pola serangan.

Jejak Peluru, Motor, dan Jaringan Kriminal

Setelah penangkapan, fokus penyidik melebar ke lintasan senjata api. Laporan investigatif menyebutkan ada riwayat kriminal senjata yang digunakan, sehingga polisi berupaya menelusuri asal usul dan siapa saja yang pernah memegangnya. Di saat yang sama, penyidik menelaah ponsel para tersangka, termasuk laku-lintas panggilan, catatan pesan, geo-tagging, dan kemungkinan keterlibatan pihak pemesan. Arah ini penting karena kontrak pembunuhan hampir selalu menyisakan jejak finansial atau komunikasi, meski menggunakan perantara.

Selain senjata, kunci lain adalah motor. Pengakuan awal yang dikutip media Peru menyebutkan salah satu tersangka mengaku mengemudikan motor saat menjemput dan mengantar eksekutor. Motor itu kini berada di tangan penyidik untuk pemeriksaan serial number, biometrik residu, hingga rute yang terekam kamera kota. Benang merah antara pengemudi dan penembak akan menjadi pintu masuk menentukan peran tiga tersangka lainnya.

Tak kalah penting adalah pola bergerak para pelaku sebelum kejadian. Laporan media internasional menuliskan pelaku diduga sempat memantau lokasi selama beberapa hari, yang menegaskan aspek perencanaan. Jika benar, data kamera lingkungan akan menjadi jangkar bukti, karena memungkinkan penelusuran wajah, pakaian, dan pola keluar masuk gang di sekitar apartemen korban.

Wajib Tahu:

Motif: Kontrak Pembunuhan atau Dendam Terbuka

Hingga tulisan ini dibuat, kepolisian Peru belum mengumumkan motif final. Namun otoritas bersuara senada, mengarah pada skema kontrak pembunuhan. Alasan utamanya adalah eksekusi bersih tanpa perampasan, pelaku ganda yang rapi, serta kesiapan kendaraan pelarian. Surat kabar dan kantor berita internasional menyebut istilah “homicidio calificado” dengan modus sicariato atau pembunuh bayaran. Di beberapa pernyataan, aparat lokal juga tidak menutup kemungkinan motif lain seperti balas dendam atau sengketa yang melibatkan pihak ketiga, tetapi semua masih bergantung bukti transaksi, percakapan, atau hubungan personal yang terverifikasi.

Rangkaian ini menegaskan satu hal. Sebuah kasus terhadap Staf KBRI di luar negeri kini ditangani sebagai kejahatan serius dengan jejaring. Dampaknya tidak hanya legal, tetapi juga diplomatik dan keamanan. Pemerintah Peru menyatakan komitmen memberi perlindungan tambahan bagi staf kedutaan Indonesia, sementara otoritas Indonesia mendorong koordinasi penegakan hukum yang transparan. Di level kebijakan, tragedi ini memantik ulang diskusi tentang protokol keamanan bagi staf perwakilan di negara yang tren kriminalitasnya meningkat.

Staf KBRI Zetro: Duka, Solidaritas, dan Tuntutan Transparansi

Zetro Leonardo Purba dikenal sebagai Staf KBRI yang baru lima bulan bertugas di Lima. Ia tewas dalam perjalanan pulang, meninggalkan keluarga dan duka mendalam bagi korps diplomatik Indonesia. Respons publik pun besar, dari tuntutan keadilan hingga dorongan agar aparat menghadirkan motif yang gamblang di pengadilan. Bagi komunitas Indonesia di Peru, kejelasan motif bukan sekadar formalitas, melainkan kunci pemulihan rasa aman. Di Indonesia, dorongan evaluasi keamanan perwakilan diplomatik kembali menguat, termasuk peninjauan koordinasi dengan aparat setempat dan pemetaan risiko kawasan.

Pada akhirnya, kepastian motif akan menentukan arah perkara. Jika terbukti kontrak pembunuhan, pengungkapan pemesan menjadi babak paling krusial. Jalur penulusuran biasanya mengikuti uang, komunikasi, dan hubungan yang mungkin tersembunyi. Itulah kenapa penyitaan ponsel, rekaman CCTV, dan uji balistik menjadi tiga pilar penyidikan. Bagi publik Indonesia, keluasan informasi dari otoritas Peru dan Indonesia akan menjadi ukuran transparansi, sekaligus barometer perbaikan sistem keamanan di lapangan untuk seluruh Staf KBRI di berbagai negara.

Sumber: CNN Indonesia

Exit mobile version