Lintas Fokus – Tarif Listrik PLN untuk periode Oktober hingga Desember 2025 resmi dinyatakan tetap. Keputusan ini disampaikan Kementerian ESDM melalui siaran pers 24 September 2025, dengan alasan menjaga stabilitas dan daya beli masyarakat di tengah dinamika kurs, ICP, inflasi, dan HBA. Artinya, pelanggan non-subsidi membayar dengan angka yang sama seperti triwulan sebelumnya. Informasi ini memberi kepastian bagi rumah tangga, pelaku UMKM, hingga pelaku industri dalam menyusun anggaran energi hingga akhir tahun.
Di sisi teknis, Tariff Adjustment memang dihitung setiap triwulan berdasarkan parameter makro, tetapi pemerintah memutuskan menahan perubahan di Q4 2025. Untuk pelanggan bersubsidi, dukungan negara tetap berjalan tanpa perubahan. Dengan demikian, arah utama bagi konsumen sekarang adalah memahami angka per kWh terbaru, membaca dampaknya pada tagihan, serta menyiapkan langkah efisiensi yang realistis.
Tarif Listrik PLN: Angka Resmi per kWh Oktober–Desember 2025
Tarif Listrik PLN non-subsidi pada Triwulan IV 2025 mengikuti angka Triwulan III 2025 karena dinyatakan tetap. Daftar berikut merujuk dokumen resmi PLN (img “Penetapan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Juli–September 2025”) dan diperkuat rujukan media yang mengutip sumber PLN untuk keberlakuan Oktober–Desember 2025:
• R-1/TR 900 VA RTM: Rp1.352 per kWh
• R-1/TR 1.300 VA: Rp1.444,70 per kWh
• R-1/TR 2.200 VA: Rp1.444,70 per kWh
• R-2/TR 3.500–5.500 VA: Rp1.699,53 per kWh
• R-3/TR, TM 6.600 VA ke atas: Rp1.699,53 per kWh
• B-2/TR 6.600 VA–200 kVA: Rp1.444,70 per kWh
• B-3/TM, TT di atas 200 kVA: Rp1.114,74 per kWh
• I-3/TM di atas 200 kVA: Rp1.114,74 per kWh
• I-4/TT 30.000 kVA ke atas: Rp996,74 per kWh
• P-1/TR 6.600 VA–200 kVA: Rp1.699,53 per kWh
• P-2/TM di atas 200 kVA: Rp1.522,88 per kWh
• P-3/TR: Rp1.699,53 per kWh
• L/TR, TM, TT: Rp1.644,52 per kWh.
Catatan penting dari dokumen PLN: beberapa golongan menerapkan Rekening Minimum (RM) dan pembagian blok WBP/LWBP untuk pelanggan TM/TT. Bagi pelanggan rumah tangga kecil 450 VA dan 900 VA bersubsidi, mekanisme penyesuaian triwulanan tidak diberlakukan; tarifnya mengikuti ketentuan subsidi pemerintah dan tidak termasuk daftar 13 golongan non-subsidi di atas.
Dampaknya bagi Tagihan Rumah Tangga dan UMKM
Bagi rumah tangga non-subsidi, kestabilan Tarif Listrik PLN sampai Desember 2025 berarti tagihan lebih mudah diprediksi. Rumah tangga R-1 1.300 VA dan 2.200 VA tetap memakai Rp1.444,70 per kWh, sehingga penghematan paling efektif datang dari pengendalian beban puncak dan durasi pemakaian. Untuk R-2 atau R-3 yang memakai peralatan berdaya besar, fokusnya bukan hanya mengganti perangkat hemat energi, tapi juga menggeser aktivitas intensif ke jam di luar puncak agar lonjakan daya tidak memicu konsumsi berlebih.
UMKM yang menggunakan peralatan pendingin, pemanas, atau mesin produksi akan merasakan spektrum dampak yang lebih luas. Pada P-1/TR 6.600 VA sampai 200 kVA, tarif Rp1.699,53 per kWh mendorong pemilik usaha menata jadwal produksi dan perawatan alat. Menjaga faktor daya dan memastikan instalasi listrik sehat dapat menekan rugi daya. Jika usaha berada di area yang menuntut pola operasi panjang, audit energi sederhana sering kali menghemat 5 sampai 15 persen konsumsi tanpa investasi besar, misalnya dengan pengaturan suhu AC yang disiplin, perawatan berkala motor listrik, dan manajemen refrigerasi.
Untuk pelanggan TM dan TT, angka seperti Rp1.114,74 per kWh di B-3/I-3 dan Rp996,74 per kWh di I-4 memang terlihat lebih rendah, tetapi struktur tarifnya melibatkan pembagian WBP/LWBP serta RM. Pelanggan segmen ini sebaiknya meninjau load profile dan jadwal operasi agar energi tidak terkunci di jam WBP yang cenderung lebih mahal. Mengoptimalkan kapasitas terpasang dan demand management biasanya memberi dampak signifikan pada biaya per kWh efektif.
Wajib Tahu:
Tarif Listrik PLN untuk 13 golongan non-subsidi bisa disesuaikan tiap triwulan, tetapi pelanggan 450 VA dan 900 VA bersubsidi tidak dikenai mekanisme penyesuaian tarif triwulanan.
Faktor yang Menahan Kenaikan: Kurs, ICP, HBA, dan Inflasi
Kementerian ESDM menegaskan penetapan Tariff Adjustment mengacu pada kurs rupiah terhadap dolar AS, harga minyak ICP, inflasi, dan Harga Batubara Acuan. Secara akumulasi, parameter makro Q4 2025 terbilang berpotensi mendorong kenaikan, namun pemerintah memilih menjaga Tarif Listrik PLN tetap untuk stabilitas ekonomi dan kepastian biaya energi hingga akhir tahun. Kebijakan ini diharapkan memberi waktu bagi pelaku usaha menyusun rencana efisiensi dan investasi peralatan hemat energi tanpa tekanan biaya yang tiba-tiba naik.
Di sisi penyelenggara, PLN tetap menjalankan kewajiban menjaga keandalan sistem dan memperluas akses listrik. Stabilitas Tarif Listrik PLN tidak berarti stagnasi operasional. Peningkatan kapasitas pembangkit, jaringan transmisi, dan penetrasi energi terbarukan terus berjalan sejalan dengan kebijakan transisi energi nasional. Ke depan, pemanfaatan perangkat pintar dan pengukuran yang lebih granular diyakini membantu pelanggan memahami pola konsumsi aktual sehingga strategi penghematan bisa lebih tepat sasaran.
Strategi Hemat Tanpa Ribet untuk 3 Profil Pengguna
Rumah tangga aktif: Tetapkan suhu AC 24–26 derajat, gunakan mode hemat, dan atur timer tidur. Ganti lampu ke LED, matikan perangkat stand-by, serta jadwalkan mencuci dan menyetrika di luar jam sibuk keluarga. Dengan tarif tetap, kebiasaan konsisten memberi penghematan nyata.
UMKM kuliner dan ritel: Kelola refrigerasi dengan perawatan rutin karet pintu, defrost terjadwal, dan pengaturan display. Pastikan kapasitor bank dan instalasi rapi untuk menekan rugi daya. Pada Tarif Listrik PLN yang stabil, penurunan 5 persen konsumsi bisa langsung terasa di margin.
Kantor skala menengah: Terapkan SOP saklar lantai, sensor gerak di koridor, serta kebijakan shutdown PC dan printer di luar jam kerja. Evaluasi kontrak daya agar tidak overcontract. Bila pola beban menunjukkan puncak singkat, opsi penjadwalan atau shifting bisa menahan biaya tanpa mengganggu produktivitas.
Langkah-langkah sederhana ini tidak membutuhkan perangkat mahal, tetapi discipline of use. Di banyak kasus, manajemen beban puncak dan retrofit ringan sudah cukup untuk memangkas konsumsi bulanan 5–10 persen, apalagi ketika angka per kWh sudah pasti hingga akhir tahun.