Lintas Fokus – Gelombang IPO di Bursa Efek Indonesia belum berhenti, dan kini perhatian banyak pelaku pasar mengarah ke RLCO, kode saham PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. Perusahaan asal Bojonegoro, Jawa Timur, yang dikenal sebagai eksportir dan pengolah sarang burung walet ini bersiap menghimpun dana hingga sekitar Rp105 miliar dari pasar perdana.
RLCO bukan pemain baru di dunia produk kesehatan. Perseroan tumbuh dari eksportir sarang walet mentah menjadi pemain kesehatan konsumen berbasis protein, dengan portofolio yang mencakup minuman sarang burung walet, kaldu ayam tinggi protein, suplemen kolagen, dan berbagai produk nutrisi yang menyasar gaya hidup sehat. Pasar yang dibidik pun jelas: kelas menengah ke atas yang belakangan semakin peduli pada imunitas, kecantikan kulit, dan pola makan lebih seimbang.
Yang membuat IPO RLCO semakin menarik adalah statusnya sebagai induk dari ekosistem bisnis Realfood. Banyak konsumen sudah mengenal produk Realfood di rak ritel dan platform e-commerce, sehingga transisi dari “merek yang familiar” ke “saham yang bisa dibeli” berpotensi menarik minat investor ritel yang ingin punya eksposur ke sektor wellness dan superfood dalam negeri.
Dari sisi momentum, jadwal IPO ini datang di tengah tren minat pasar modal yang masih cukup terjaga. Data pipeline BEI menunjukkan belasan calon emiten yang sedang antre, dan kehadiran RLCO menambah variasi sektor, terutama di segmen consumer non cyclicals yang cenderung defensif ketika siklus ekonomi bergejolak.
Potret Bisnis Sarang Walet di Balik IPO Ini
Secara bisnis, RLCO menggabungkan dua hal yang sangat “Indonesia”: sumber daya lokal dan narasi produk kesehatan modern. Emiten ini bergerak di bidang pengolahan dan pencucian sarang burung walet, perdagangan produk kesehatan, hingga distribusi produk makanan dan minuman hasil peternakan.
Perusahaan tidak hanya mengekspor sarang walet olahan ke Tiongkok, tetapi juga memanfaatkan entitas anak untuk menggarap pasar non Tiongkok. Struktur ini membantu RLCO mengelola regulasi ekspor yang berbeda di tiap negara dan menjaga kesinambungan permintaan global.
Dari sisi produk, portofolio RLCO sudah bergerak jauh dari sekadar komoditas mentah. Minuman siap konsumsi berbasis sarang walet, kaldu ayam tinggi protein, dan suplemen kolagen diposisikan sebagai produk premium yang mengikuti tren wellness, diet detoks, hingga tren kecantikan berbasis nutrisi. Pasar produk kesehatan dan suplemen dalam negeri sendiri tercatat tumbuh dengan nilai penjualan sekitar belasan triliun rupiah per tahun, dengan kontribusi besar dari kategori suplemen makanan.
Secara keuangan, performa RLCO menjelang IPO terlihat agresif. Per 31 Mei 2025, penjualan mencapai sekitar Rp231,31 miliar, naik sekitar 47 persen secara tahunan dari periode yang sama tahun sebelumnya. Laba periode berjalan melonjak lebih dari lima kali lipat menjadi lebih dari Rp12 miliar. Angka ini memberi sinyal bahwa IPO bukan sekadar aksi mencari dana, tetapi datang setelah fase pertumbuhan yang sudah mulai terlihat di laporan keuangan.
Di sisi industri, ekspor sarang burung walet Indonesia pada 2024 tercatat masih berada di level tinggi meski turun sekitar 12 sampai 13 persen dibanding rekor 2023. Penurunan ini lebih dianggap sebagai normalisasi setelah lonjakan permintaan sebelumnya, bukan tanda melemahnya fundamental. Dengan latar ini, RLCO masuk ke bursa di saat sektor sarang walet dan produk turunannya masih punya prospek ekspor yang kuat, terutama ke pasar Asia seperti Tiongkok, Hong Kong, dan Singapura.
Wajib Tahu:
RLCO masuk sektor consumer non cyclicals dengan subsektor processed foods, memadukan bisnis sarang walet dan produk kesehatan modern, sehingga karakternya cenderung defensif tetapi tetap punya ruang pertumbuhan dari tren wellness dan ekspor.
Detail Penawaran Saham dan Jadwal Masuk Bursa
Bagi investor yang mengincar pasar perdana, detail penawaran saham RLCO menjadi bagian paling penting. Berdasarkan prospektus di laman e-IPO dan ringkasan di berbagai media, RLCO menawarkan hingga 625 juta saham baru, setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Rentang harga yang ditetapkan dalam masa book building adalah Rp150 sampai Rp168 per saham. Dengan kisaran tersebut, RLCO berpotensi menghimpun dana sekitar Rp93,75 miliar sampai Rp105 miliar. Samuel Sekuritas Indonesia bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Jadwal penting IPO RLCO, berdasarkan prospektus dan publikasi resmi, adalah sebagai berikut:
Masa book building: 24 sampai 26 November 2025
Perkiraan tanggal efektif dari OJK: 28 November 2025
Masa penawaran umum: 2 sampai 4 Desember 2025
Penjatahan: 4 Desember 2025
Distribusi saham secara elektronik: 5 Desember 2025
Pencatatan di BEI: dijadwalkan pada 8 Desember 2025 dengan kode saham RLCO.
Bagi investor yang mengincar potensi capital gain jangka pendek, tanggal pencatatan ini biasanya menjadi momen yang paling ditunggu. Namun, volatilitas di hari-hari awal juga sering kali tinggi, terutama untuk emiten dengan porsi free float yang langsung cukup besar seperti RLCO yang melepas 20 persen saham ke publik.
Rencana Penggunaan Dana, Dividen, dan Prospek ke Depan
Dalam prospektus, manajemen menegaskan bahwa seluruh dana IPO akan diarahkan ke aktivitas inti bisnis, bukan sekadar menutup kewajiban lama. Sekitar 56,33 persen dana setelah biaya emisi akan digunakan sebagai modal kerja, terutama untuk pembelian bahan baku sarang burung walet.
Sisa sekitar 43,67 persen akan dialirkan sebagai penyertaan modal ke anak usaha, PT Realfood Winta Asia, yang juga akan memanfaatkan dana tersebut untuk pembelian bahan baku. Strategi ini menegaskan fokus RLCO menjaga pasokan sarang walet yang stabil, sekaligus mendorong kapasitas dan skala produksi di lini produk Realfood.
Manajemen menyebut bahwa utilitas pabrik saat ini masih belum optimal, sehingga tambahan modal kerja diharapkan bisa mendorong produksi mendekati kapasitas maksimal. Ketika volume naik dan efisiensi operasional membaik, margin keuntungan berpotensi ikut terdongkrak.
Dari sisi kebijakan dividen, RLCO mengisyaratkan niat yang cukup bersahabat dengan investor. Dalam prospektus disebutkan rencana pembagian dividen hingga sebanyak-banyaknya 25 persen dari laba bersih mulai tahun buku 2025 dan seterusnya, dengan tetap memperhatikan kebutuhan modal dan hasil keputusan RUPS. Ini berarti, jika kinerja laba berlanjut positif, RLCO berpotensi tidak hanya menawarkan capital gain, tetapi juga imbal hasil dividen di masa depan.
Secara kinerja, penjualan yang naik hampir 50 persen dengan lonjakan laba yang berlipat menunjukkan bahwa ekspansi produk dan pasar mulai berbuah. Namun, investor tetap perlu menilai apakah tren tersebut masih berkelanjutan, terutama jika kompetisi di pasar produk kesehatan makin ramai dan harga bahan baku sarang walet bergerak naik.
Dari sudut pandang makro, tren gaya hidup sehat, konsumsi suplemen, dan minuman fungsional masih menguat di Indonesia maupun pasar Asia. RLCO yang punya basis produksi di Bojonegoro dan jaringan ekspor terstruktur ke Tiongkok dan negara non Tiongkok memposisikan diri di tengah arus besar ini. Dalam konteks ini, RLCO bisa dilihat sebagai cara investor mengakses pertumbuhan segmen wellness lokal yang orientasinya global.
Risiko, Peluang, dan Cara Investor Menyikapinya
Meski narasi pertumbuhan tampak menjanjikan, calon investor tetap perlu mencermati risiko yang melekat pada IPO ini. Pertama, ketergantungan pada satu jenis bahan baku utama, yaitu sarang burung walet. Fluktuasi harga, perubahan regulasi ekspor, hingga kebijakan perdagangan negara tujuan bisa memengaruhi margin RLCO dalam waktu singkat.
Kedua, meski RLCO masuk kategori consumer non cyclicals yang cenderung defensif, segmen yang dibidik adalah kelas menengah ke atas. Jika daya beli kelompok ini terganggu karena gejolak ekonomi, penjualan produk kesehatan premium bisa ikut terkoreksi, meski tidak sedalam sektor siklikal.
Ketiga, sebagai emiten yang baru melantai, pergerakan harga RLCO setelah listing berpotensi sangat volatil. Antusiasme awal bisa membawa harga jauh di atas atau di bawah kisaran fundamental yang wajar. Di titik ini, disiplin strategi menjadi kunci, terutama bagi trader jangka pendek yang hanya mengincar euforia hari pertama.
Di sisi peluang, RLCO menawarkan kombinasi menarik: pertumbuhan laba yang sudah terbukti di laporan keuangan terbaru, prospek sektor sarang walet dan suplemen kesehatan yang masih kuat, serta narasi brand Realfood yang sudah terlebih dulu dikenal konsumen. Untuk investor jangka menengah, kombinasi cerita pertumbuhan dan potensi dividen bisa menjadi alasan untuk memberi porsi tertentu pada portofolio, tentu dengan proporsi yang sesuai profil risiko masing-masing.
Bagi investor ritel yang tertarik, langkah minimal yang sebaiknya dilakukan adalah membaca prospektus resmi RLCO di e-IPO, mencermati struktur kepemilikan, arus kas, serta rencana penggunaan dana. Selanjutnya, tentukan apakah saham ini ingin diposisikan sebagai “growth story” jangka menengah, atau sekadar menjadi objek trading di hari-hari awal. Apa pun strateginya, disiplin pada rencana beli dan jual akan jauh lebih penting daripada sekadar ikut ramai membeli IPO yang sedang viral.
Sumber: Kontan Investasi




