30.7 C
Jakarta
Saturday, October 11, 2025
HomeOtomotifEtanol 10% di BBM: Solusi Berani atau Risiko Tersembunyi? Baca Analisis Lengkapnya

Etanol 10% di BBM: Solusi Berani atau Risiko Tersembunyi? Baca Analisis Lengkapnya

Date:

Related stories

Stargazer X & Cartenz Debut di GIIAS 2025, MPV SUV Hybrid

Lintas Fokus - Deru musik EDM menggelegar di Hall 5...

Sorotan SUV di GIIAS 2025

Lintas Fokus - Gelora GIIAS 2025 mulai terasa bahkan...

Mitsubishi Destinator 2025 Resmi: SUV 7‑Seater Sensasional

Lintas Fokus - Peluncuran Mitsubishi Destinator di Jakarta, 17 Juli 2025, sontak...
spot_imgspot_img

Lintas Fokus Rencana mandatori pencampuran etanol 10 persen dalam bensin atau E10 kembali mengemuka setelah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Presiden menyetujui langkah tersebut. Otoritas juga menegaskan tujuan strategisnya: mengurangi impor BBM, menekan emisi, serta memperkuat kemandirian energi. Sejumlah pemberitaan ekonomi nasional menyebut dukungan Pertamina untuk kesiapan operasional, sementara data pasar menunjukkan kendala klasik di sisi pasokan dan ekosistem bahan baku. Di tengah dorongan menuju E10, Indonesia sejatinya sudah memulai E5 lewat Pertamax Green 95 sejak 2023 sebagai jembatan menuju bauran etanol yang lebih tinggi.

Seberapa realistis target E10? Kuncinya ada pada kapasitas produksi bioetanol domestik, sinkronisasi rantai pasok tebu dan singkong, hingga kesiapan infrastruktur distribusi. Laporan-laporan pasar menyiratkan bahwa kapasitas ada, namun utilisasinya belum maksimal, sehingga keberhasilan program akan sangat bergantung pada insentif, roadmap tanam tebu, serta kolaborasi BUMN dan swasta.

Dampak Teknis ke Kendaraan: RON Naik, Efisiensi Turun Tipis

Sisi teknis adalah hal pertama yang ditanyakan pemilik kendaraan ketika mendengar etanol akan ditambahkan ke BBM. Kabar baiknya, etanol memiliki angka oktan tinggi sehingga berperan sebagai octane booster. Campuran etanol dapat membantu meningkatkan nilai RON bensin, menekan gejala knocking, dan pada konfigurasi mesin yang tepat mampu mendukung pembakaran lebih bersih. Kementerian ESDM juga menegaskan manfaat kenaikan RON saat etanol dicampurkan.

Namun, etanol memiliki kandungan energi per liter yang lebih rendah daripada bensin murni. Badan Energi AS (EIA) menyebutkan, penggunaan E10 umumnya menurunkan efisiensi bahan bakar sekitar 3 persen dibanding bensin tanpa etanol. Artinya, pada kondisi penggunaan biasa, konsumsi bisa sedikit lebih boros secara volumetrik, meskipun performa ketukan mesin lebih terjaga berkat RON yang lebih tinggi. Untuk sebagian besar mobil modern, E10 tergolong aman dipakai; kajian kompatibilitas internasional menunjukkan kendaraan ringan keluaran dua dekade terakhir umumnya kompatibel terhadap E10.

Di Indonesia, pengalaman awal dengan E5 lewat Pertamax Green 95 menunjukkan pendekatan bertahap: menaikkan RON dan menurunkan emisi sembari menguji kesiapan logistik dan respons pasar. Ke depan, tantangan teknis yang perlu diantisipasi adalah manajemen material pada komponen bahan bakar tertentu, potensi penyerapan air yang memicu fase terpisah bila penanganan buruk, serta kontrol mutu di SPBU agar kadar campuran stabil. Riset kompatibilitas material mengingatkan perlunya disiplin standar agar komponen karet dan logam tertentu tidak terdegradasi.

Hitung-hitungan Konsumen: Emisi Turun, Dompet Bagaimana?

Dari perspektif lingkungan, etanol membantu mengurangi emisi gas rumah kaca secara intensitas ketika dibandingkan dengan bensin murni. Beragam studi internasional menunjukkan penurunan emisi pada level campuran rendah, dan manfaat ini menjadi argumen kuat kebijakan E10. Di sisi harga, dinamika di SPBU sangat dipengaruhi struktur biaya blender, harga bensin dasar, dan ketersediaan etanol. Studi ekonomi menunjukkan penyesuaian harga E10 di pom umumnya mengikuti pergerakan bensin dasar, sedangkan perbedaan jangka pendek dan panjang bergantung pola pass-through biaya oleh pelaku industri.

Bagaimana dengan “biaya kepemilikan”? Penurunan efisiensi sekitar 3 persen berarti jarak tempuh per liter berkurang tipis. Jika harga E10 setara atau sedikit lebih murah dari bensin non-etanol, dampak ke biaya per kilometer bisa netral. Tetapi jika E10 justru lebih mahal, konsumen mungkin merasakan biaya per kilometer naik. Karena itu, rancangan harga dan insentif menjadi krusial agar manfaat emisi dan substitusi impor tidak menggerus daya beli pengguna harian.

Pada saat yang sama, etanol membuka peluang ekonomi hulu: revitalisasi kebun tebu, investasi pabrik bioetanol, dan penyerapan tenaga kerja. Pemerintah telah menyinggung pengembangan lahan tebu ratusan ribu hektare sebagai bagian dari strategi penyediaan bahan baku. Jika target bahan baku tercapai dan biaya produksi efisien, E10 bisa menjadi penopang hilirisasi energi terbarukan, bukan sekadar program substitusi.

Kesiapan Ekosistem: Produksi, Distribusi, dan Edukasi

Keberhasilan E10 bukan hanya soal keputusan regulasi. Tiga pekerjaan rumah harus beres. Pertama, pasokan etanol yang stabil dan berkelanjutan. Data industri menunjukkan kapasitas ada tetapi utilisasi perlu diangkat melalui kepastian offtake dan harga. Kedua, distribusi dan mutu. Saat E5 diluncurkan pada 2023, distribusinya dimulai di sebagian SPBU besar seperti Jakarta dan Surabaya, lalu dievaluasi. Untuk E10, perlu pemadanan skala agar mutu campuran dan kadar etanol terjaga dari terminal hingga nozel. Ketiga, edukasi konsumen. Pengguna perlu paham bahwa E10 aman untuk mayoritas kendaraan modern, efeknya pada efisiensi kecil, dan manfaat lingkungannya nyata.

Di lapangan, kesiapan manufaktur otomotif sebenarnya memadai. Riset kompatibilitas internasional menunjukkan banyak model mobil dan sepeda motor di Asia, termasuk Indonesia, kompatibel dengan E10; bahkan beberapa kompatibel hingga E15. Meski demikian, produsen dan bengkel tetap harus memperbarui buletin teknis dan SOP servis agar isu material, filter, serta sistem suplai bahan bakar tertangani sejak awal.

Wajib Tahu:

Beberapa lembaga energi menyebut E10 menurunkan efisiensi sekitar 3 persen karena kandungan energi etanol per liter lebih rendah dari bensin, namun etanol juga menaikkan RON sehingga membantu mencegah knocking dan menekan emisi.


E10 Layak Jalan, dengan Prasyarat Ketat

Di atas kertas, arah kebijakan E10 sejalan dengan target emisi dan pengurangan impor. Secara teknis, E10 aman untuk mayoritas kendaraan modern dan memberi manfaat oktan. Konsekuensi efisiensi yang turun tipis harus diimbangi desain harga yang adil serta jaminan mutu distribusi. Di hulu, program tebu dan pabrik etanol perlu percepatan agar Indonesia tidak tergantung impor etanol saat mandatori berjalan.

Dengan catatan tersebut, langkah mandatori etanol 10 persen yang disebutkan Bahlil dapat menjadi momentum transisi energi yang kredibel, bukan sekadar jargon. Kuncinya ada pada konsistensi insentif, standardisasi kualitas, dan komunikasi yang jujur ke konsumen mengenai plus minus E10. Jika tiga hal itu dipenuhi, manfaat ekonomi dan lingkungan bisa diraih tanpa membebani pengguna jalan.

Sumber: Reuters

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img