Lintas Fokus – Isu Black Mamba disebut-sebut “ditemukan” di rumah Ahmad Sahroni pascapenjarahan. Dalam hitungan jam, narasi ini meledak di media sosial, memantik komentar, olok-olok, hingga insinuasi yang menyerempet ranah pribadi. Kami menelusuri asal-usul gambar, mengumpulkan rujukan kredibel, dan menimbang pernyataan yang beredar. Kesimpulannya jelas: klaim “Black Mamba” di rumah Ahmad Sahroni tidak terbukti alias hoaks. Sejumlah media menjelaskan foto yang beredar bukan dari TKP, dan tidak ada konfirmasi resmi dari aparat maupun pihak terkait tentang “temuan” tersebut.
Black Mamba di Rumah Ahmad Sahroni? Ini Validitas Faktanya
Beberapa artikel jaringan Jawa Pos (Radar Solo, SoloBalapan) menyatakan unggahan “Black Mamba” itu hoaks, merujuk pada klarifikasi warganet pemeriksa fakta yang menunjukkan ketidaksesuaian foto dengan kondisi nyata. Mereka menegaskan tidak ada dukungan data yang sahih—foto yang diklaim diambil di rumah Sahroni bukan berasal dari lokasi tersebut. Merdeka.com juga menulis konteks istilah Black Mamba yang awalnya nama ular Afrika, lalu diplesetkan dan diangkat sebagai sensasi; mereka menegaskan klaim itu tidak benar.
Selain itu, ada laporan yang menyebut foto viral bukan dari Indonesia. Poskota menulis bahwa gambar yang beredar disinyalir berasal dari insiden di luar negeri (Beirut 2020), bukan dari rumah Sahroni. Laporan lain menyebut hasil reverse image menemukan unggahan lama—indikasi kuat bahwa visual yang dijejalkan ke publik telah didaur ulang untuk membangun narasi palsu. Kendati begitu, redaksi tetap menekankan: klaim asal foto tersebut bukan bukti adanya Black Mamba di TKP, melainkan bukti ketidakabsahan foto yang dipakai untuk menguatkan narasi.
Kronologi Singkat Penjarahan & Dampaknya
Untuk konteks, rumah Sahroni di Tanjung Priok, Jakarta Utara, digedor massa pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Sejumlah video dan laporan media arus utama memperlihatkan situasi ricuh di sekitar lokasi. CNN Indonesia menayangkan liputan massa yang menggeruduk rumah tersebut dan pembubaran kerumunan oleh warga serta aparat. Di tengah situasi chaos itulah, rumor dan klaim liar—termasuk Black Mamba—mulai bermunculan, memanfaatkan momen saat emosi publik meninggi.
Konteks lain yang patut dicatat: di sekitar kasus ini, beredar akun palsu yang mengatasnamakan Sahroni, menebar imbauan terkait “flashdisk” dan memancing interaksi. CNN Indonesia sudah menegaskan akun tersebut palsu—contoh nyata bagaimana momentum krisis dimanfaatkan untuk phishing dan penipuan digital. Artinya, selain kerugian fisik karena penjarahan, ruang informasi ikut “dijarah” oleh konten menyesatkan.
Jejak Hoaks: Foto Asal, Akun Palsu, dan Misinformasi
Rangkaian artikel klarifikasi menunjukkan pola berulang: potongan gambar tanpa sumber jelas, narasi bombastis, kemudian disebar ulang di berbagai platform. Beberapa media daerah mengutip unggahan akun X (Twitter) pemeriksa fakta yang mematahkan klaim temuan Black Mamba; lainnya menelusuri sumber gambar di luar negeri. Ada pula artikel yang secara tegas menyebut “temuan Black Mamba” sebagai rekayasa digital untuk memperkeruh opini. Bagi pembaca, ini sinyal kuat untuk tidak menelan mentah-mentah unggahan viral—terlebih yang menyentuh ranah privat dan berpotensi merusak reputasi personal.
Sebagai pembanding, Kementerian Kominfo juga mempublikasikan bantahan atas hoaks lain yang menempel pada nama Sahroni (misinformasi “rumah dibakar di Bandung”). Walau isu ini berbeda objeknya—bukan soal Black Mamba—publik bisa menangkap polanya: ketika tensi sosial meningkat, hoaks bertumbuh cepat. Maka, skeptisisme sehat dan kebiasaan cek sumber menjadi pertahanan utama.
Wajib Tahu:
Black mamba adalah ular berbisa endemik Afrika; bukan fauna Indonesia. Reputasinya mematikan, namun spesies ini hidup di savana dan hutan Afrika. Mengaitkannya dengan “temuan” di Jakarta tanpa bukti kokoh jelas tak masuk akal.
Pedoman Cek Fakta & Etika Berbagi Konten Sensitif
Lacak sumber visual. Gunakan reverse image search untuk mengecek apakah foto pernah terbit sebelumnya. Sejumlah laporan menunjukkan gambar yang dipakai untuk menggaungkan Black Mamba bukan dari TKP rumah Sahroni.
Cari rujukan arus utama. Konfirmasi ke media kredibel untuk memisahkan kronologi peristiwa (penjarahan, pembubaran massa) dari sensasi yang tidak berdasar. Laporan CNN Indonesia memberi landasan konteks yang bisa diverifikasi.
Waspadai akun palsu. Krisis sering melahirkan akun penyamar. Jika ada ajakan mengirim data/klik tautan, cek media arus utama atau instansi terkait yang melakukan verifikasi.
Hormati privasi. Komentar yang menyerempet fitnah personal tidak hanya melukai, tetapi memperparah sirkulasi hoaks. Gunakan standar etika berbagi yang menahan diri saat bukti tak memadai.
Ringkasan yang Perlu Diingat
Klaim “Black Mamba ditemukan di rumah Sahroni” tidak terbukti. Media mengkategorikannya sebagai hoaks berbasis foto tak valid.
Konteks penjarahan pada 30 Agustus 2025 memang terjadi; tetapi tidak ada konfirmasi resmi mengenai “temuan” Black Mamba.
Ada indikasi foto lama/luar negeri dipakai untuk membangun narasi palsu.
Lingkungan informasi di kasus ini dipenuhi akun palsu dan hoaks lain—waspadai tautan/permintaan data.
Sumber: Merdeka.com