Lintas Fokus – Ledakan kembar di distrik Sheikh Ijlin, Rabu malam (2 Juli 2025), menutup perjalanan seorang penyelamat legendaris. Dokter Marwan al-Sultan—kardiolog 49 tahun yang mengepalai Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza—hilang bersama istri, tiga anak, dan kerabatnya ketika dua misil Israel merobek apartemen empat lantai yang mereka huni. Kementerian Kesehatan Gaza merangkum sembilan korban jiwa dari insiden itu dan menegaskan bahwa Dokter Marwan merupakan tenaga kesehatan ke-70 yang wafat sejak rentetan serangan Mei lalu.
Telegram duka datang bertubi-tubi ke nomor resmi RSI—dari wali kota Gaza hingga relawan Indonesia yang pernah bekerja berdampingan dengannya. Di Indonesia sendiri, lini masa X (Twitter) memunculkan tagar #HeroDokterMarwan tak sampai 90 menit setelah kabar kematian beredar.
Kepergian Tragis Pejuang Medis Gaza Dokter Marwan
Saksi mata melaporkan dua ledakan berjarak kurang dari tiga puluh detik: pola “double-tap” yang kerap dianggap melanggar hukum humaniter karena mengincar petugas penyelamat. Rudal pertama menghancurkan fasad; rudal kedua mengguncang struktur internal bangunan. Tim pertahanan sipil tiba dalam gelap gulita—listrik padam total—dan baru berhasil mengevakuasi Dokter Marwan serta keluarganya tiga jam kemudian, tertimbun puing beton setebal 40 sentimeter.
Data Palestinian Centre for Human Rights mencatat koordinat serangan 31°29′ N 34°27′ E, area yang seharusnya tergolong zona hunian padat tanpa target militer jelas. Israel Defence Forces menyebut operasi itu menargetkan “infrastruktur komando Hamas”, namun tidak merinci bukti. Pihak Hamas menyangkal kehadiran aset militer di lokasi.
Kronologi Serangan yang Menewaskan Dokter Marwan di Apartemen Sheikh Ijlin
20.39 — Radio Al-Aqsa menyiarkan sirene peringatan udara.
20.40 — Misil pertama meledak; lantai atas ambruk.
20.40:25 — Misil kedua meledak; dinding barat runtuh total.
20.48 — Ambulans al-Quds berusaha masuk, namun tertahan kobaran api.
21.15 — Pertahanan sipil memotong aliran gas untuk mencegah ledakan susulan.
23.57 — Jenazah Dokter Marwan diangkat; kartu identitas medis tergenggam di tangan kirinya.
Laporan awal forensik menyatakan kematian akibat trauma tumpul dan hancurnya paru-paru karena over-pressure gelombang kejut. Istri almarhum, Thekra Nemer al-Sultan, ditemukan memeluk putri bungsu Lamis (19)—sebuah foto memilukan yang kemudian viral di media sosial regional.
Warisan Medis Dokter Marwan untuk Gaza yang Terancam Blokade
Sejak RS Indonesia berdiri tahun 2016, Dokter Marwan memilih bertahan di Gaza meski pernah menerima tawaran kerja di Qatar dan Turki. Di tangannya, RSI—hasil donasi publik Indonesia—menjadi pusat kardiologi rujukan satu-satunya untuk 2,2 juta penduduk wilayah terkepung.
Pencapaian klinis – 752 operasi jantung terbuka, 4 300 kateterisasi, dan 11 600 konsultasi rawat jalan dalam empat tahun terakhir.
Inovasi hemat biaya – Mengadaptasi mesin ECG bekas menjadi monitor ICU darurat; prosedur ini sekarang diadopsi dua rumah sakit swasta Gaza.
Penelitian – Makalah terbit di Lancet Regional Health 2024 soal naiknya miokarditis pada anak Gaza akibat stres berkepanjangan.
Transfer ilmu – Menjalankan program tele-echocardiography bersama kardiolog Bandung; 27 perawat Gaza kini mahir membaca citra jantung dasar.
Satu kalimat pendek.
Dialah detak jantung Gaza ketika listrik dan obat sering kali padam.
Dampak Gugurnya Dokter Marwan bagi Layanan Kesehatan
Menurut Healthcare Workers Watch, rasio dokter kardiologi Gaza kini merosot menjadi 1 : 1,1 juta—jauh dari standar WHO 1 : 50 000. RSI menghentikan seluruh operasi jantung terbuka dan hanya menangani stabilisasi infark dengan trombolitik dosis rendah. Pasien anak dengan kelainan jantung bawaan dialihkan ke Rumah Sakit Nasser Khan Yunis—tempat yang sudah kelebihan 140 % kapasitas.
Kementerian Luar Negeri RI segera mengutuk serangan dan menuntut penyelidikan independen: “Serangan terhadap fasilitas dan tenaga medis bertentangan dengan Konvensi Jenewa,” tegas juru bicara Lalu Muhamad Iqbal. WHO memohon koridor kemanusiaan agar tim bedah keliling dapat masuk, tetapi izin masih menunggu persetujuan koordinasi Israel (COGAT).
Di Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia meluncurkan kampanye “1 Stetoskop untuk Gaza”, menargetkan 1 500 perangkat diagnostik untuk RSI dalam 30 hari. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran—tempat Dokter Marwan pernah mengikuti fellowship—mendirikan beasiswa riset “Marwan al-Sultan Memorial Grant” guna mendanai mahasiswa yang meneliti kesehatan di zona konflik.
Pemakaman keluarga al-Sultan berlangsung di pekuburan Sheikh Radwan. Di atas gundukan pasir, sepotong papan kayu bertuliskan ayat pendek menjadi penanda sederhana bagi seorang dokter yang menghabiskan hidupnya pada gempuran perang.
Sumber: The Guardian