Lintas Fokus – Pada forum tertutup FETAN 2025 di Medan, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membuka map presentasi berlogo Garuda. Slide pertama mengejutkan hadirin: grafik batang bertuliskan Indonesia, Raja Kemenyan Dunia. Di sudut ruangan, para eksportir kopi terhenyak—bukankah kemenyan identik dengan ritual gaib? Gibran tersenyum, “Jangan salah. Resin Styrax ini aroma setengah industri parfum niche Paris.” Sejak itu, kata kemenyan melompat dari meja dukun ke meja CEO.
Potensi Ekonomi Kemenyan
Indonesia memasok ± 55% benzoin global, tetapi 80 % diekspor mentah seharga rata‑rata US $7/kg. Laporan UN Comtrade 2024 menaksir nilai total perdagangan benzoin dunia US $310 juta; 46% dinikmati Prancis sebagai pusat pemurnian. Jika Indonesia memproses sendiri—mengubah getah menjadi concrete dan absolue—potensi harga melonjak ke US $30–45/kg. Kemenperin memproyeksikan konversi 15.000 ton resin menjadi ekstrak bisa memompa devisa baru sekitar US $200 juta per tahun.
Tidak hanya parfum. Riset Journal of Natural Medicine (2025) menunjukkan asam benzoat kemenyan efektif antibakteri; startup skincare Seoul sudah mencampurnya ke cleansing balm “Benzoin Barrier” dan memesan 200 ton grade AAA dari Sumatra Utara. Dengan CAGR 6,8% di pasar resin aromatik 2024‑2030 (Grand View Research), ceruk kesehatan menambah sayap valuasi.
Rantai Pasok Kemenyan Indonesia
Perjalanan kemenyan dimulai dari hutan adat Tapanuli—pohon Styrax berumur 50‑150 tahun. Petani menoreh kulit tiap 18 hari, mengumpulkan getah padat 1‑1,2 kg per pohon setahun. Lalu resin dijual ke pengepul seharga Rp 90.000/kg, naik truk ke gudang Medan, digiling kasar, dikemas karung 50 kg, terhenti di pelabuhan Belawan.
Masalah klasik muncul:
Grading lompat‑lompatan – Petani mencampur getah muda agar karung cepat penuh, menurunkan kadar sinamat di bawah standar ISO 9235 (75 mg/g).
Sertifikasi minim – 80% hutan rakyat belum SVLK/FSC; buyer Eropa menolak kontrak pasca EU Deforestation Regulation 2025.
Margin tergerus – Dari US $7/kg FOB Belawan, petani hanya menikmati US $1,8; sisanya raib di ongkos rantai pasok.
FOERDIA menguji inokulasi mikoriza untuk meningkatkan aliran getah 25%; jika dikombinasi dengan sensor IoT yang memantau resin flow, produktivitas melonjak tanpa menebang pohon. PT Aquilaris Nusantara mulai uji coba “closed‑loop” koperasi—petani menjadi pemegang saham 8%. Pendapatan mereka naik 32% dalam satu musim panen.
Hambatan Ekspor Kemenyan Kini
Standar Mutu
– 3 dari 10 kontainer Indonesia ditolak di Rotterdam karena impuritas > 4%. Pemerintah merespons dengan laboratorium portabel spektrofotometer di tujuh kabupaten sentra.Green Compliance
– Biaya audit FSC bisa Rp 60 juta per kebun; Wapres Gibran menggagas subsidi 40 %. Tanpa label lestari, target market parfum clean‑beauty mustahil ditembus.Infrastruktur Hilirisasi
– Destilasi benzoin membutuhkan boiler vakum stainless; investasinya Rp 150 miliar per pabrik 5 000 TPA. Tax holiday 10 tahun disiapkan, tetapi perbankan domestik masih ragu.Literasi Finansial Petani
– Banyak petani “ambil uang cepat”—menjual getah tuan ke pengepul dengan diskon 18%. Bank Syariah Mandiri menawarkan skema talangan resin 0% enam bulan agar petani bisa menahan stok sampai harga puncak Natal.
Agenda Hilirisasi Kemenyan Nasional
Roadmap 2025‑2030 versi Kantor Wapres:
Tahun | Target | Aksi Kunci |
---|---|---|
2025 | Groundbreaking pabrik destilasi Kuala Tanjung | Investasi Rp 600 miliar (BUMN + swasta) |
2026 | Ekspor perdana ekstrak benzoin refined | Volume 1.000 ton (US $35 juta) |
2027 | 20.000 ha hutan kemenyan bersertifikat FSC | Dana BPDLH Rp 200 miliar |
2028 | “Scent of Toba” tampil di Paris Fragrance Week | 15 merek niche kontrak GI Benzoin Toba |
2030 | Nilai ekspor naik 3× dari baseline 2024 | Devisa > US $200 juta/tahun |
Di podium FETAN, Gibran menutup presentasi: “Aroma kemenyan dulu mengiringi doa leluhur; kini saatnya harum itu menembus Champs‑Élysées. Anak muda jangan takut bau dupa—yang kita kejar adalah nilai tambah.” Kalimat ini membalik persepsi—dari mistik ke ekonomi modern.
Sumber: BPS