Lintas Fokus – Gadis kelahiran 1995 itu mungkin lebih sering kita lihat mengibas debu lintasan reli, tetapi keputusan Liana Saputri mencaplok 15% saham PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI) pada 30 Juni 2025 langsung menjadi ladang spekulasi di Bursa Efek Indonesia. Transaksi bernilai Rp 54,4 miliar itu menempatkan perusahaannya, PT Shankara Fortuna Nusantara, sebagai pemegang kunci di jaringan hulu KFC Indonesia. Efeknya tidak main-main: saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) melonjak 12% sehari setelah pengumuman, disertai lonjakan volume tiga kali lipat rata-rata harian—signal kuat bahwa pasar menilai darah baru ini sebagai katalis turnaround.
Lebih dari sekadar injeksi dana, Liana Saputri membawa blueprint integrasi vertikal. Dana segar langsung digiring ke pembangunan peternakan ayam broiler terintegrasi di Banyuwangi dan pusat logistik beku Gresik–Balikpapan. Manajemen FAST menargetkan biaya bahan baku ayam turun 30–35% ketika fasilitas beroperasi penuh Q3-2027, mengerek margin kotor KFC ke 42%—level yang kali terakhir tercapai sebelum pandemi.
Rantai Pasok Ayam: Cara Liana Saputri Mengubah Risiko Jadi Keuntungan
Harga karkas domestik melonjak 18% pada Mei 2025 akibat El Niño. Tanpa kendali hulu, KFC terpaksa memotong promosi “Combo Hemat” dan laba bersih FAST merosot 21% yoy. Masalah semacam inilah yang diserang Liana Saputri sejak hari pertama. Ia meneken kontrak forward jagung 12 bulan dengan BUMN pangan ID Food sehingga pabrik pakan baru di Banyuwangi punya jaring pengaman harga. Konsep itu mirip strategi hedge maskapai menggunakan avtur, hanya saja diterapkan untuk biji-bijian.
Langkah berikutnya: memusatkan cold-chain pada dua hub. Skema “milk-run” membuat truk berinsulasi tidak pulang kosong—rute Surabaya → Balikpapan → Samarinda → Banjarmasin kemudian kembali Surabaya dengan muatan bahan baku berbeda. Proyeksi internal menunjukkan penghematan logistik Rp 83 miliar per tahun, cukup untuk membuka 40 gerai KFC Express tanpa menambah utang bank.
Efisiensi bukan sekadar spreadsheet; ia menetes menjadi potongan harga yang dirasakan pelanggan di meja makan.
Sentimen Pasar: Bagaimana Liana Saputri Memicu Euforia dan Skepsis Sekaligus
Sepekan pasca transaksi, broker asing mencatat net buy Rp 18,7 miliar di saham FAST, memecahkan resistensi teknikal 1.440 dan memunculkan golden cross MA50/MA200. Optimisme terlihat jelas. Namun analis Samuel Sekuritas mengingatkan leverage FAST masih 3,8× EBITDA. Jika timeline proyek bablas, bunga pinjaman bisa menekan laba bersih.
Di media sosial, citra Liana Saputri terbelah: #TeamLiana menyambut “energi Gen Z” di bisnis ayam goreng, sedangkan kubu sinis menyorot latar batubara sang ayah Haji Isam. Untuk meredam isu ESG, FAST meluncurkan program “Green Bucket”—mengumpulkan minyak jelantah 830 gerai dan mengolahnya menjadi biodiesel sebagai bahan bakar truk logistik. Deloitte Indonesia menilai langkah ini krusial untuk menarik dana institusional yang makin hijau.
Uniknya, popularitas Liana Saputri sebagai pembalap off-road justru menjadi senjata marketing. Video TikTok “Drive-Thru Bersama Liana” meraih 6,4 juta views dalam dua hari, setara impression iklan Rp 1,2 miliar. Konversi penjualan paket “Racing Bucket” mencapai 38% di gerai Kalimantan—bukti bahwa persona lintasan bisa diterjemahkan menjadi transaksi ayam panas.
Prospek 2026–2027: Metrik Kunci yang Dipacu Liana Saputri
Pertumbuhan Gerai – Kolaborasi lahan SPBU milik grup keluarga Haji Isam membuka 120 KFC Express di Kalimantan & Sulawesi. Skema revenue-sharing menurunkan belanja modal 40%.
Margin Operasi – Setiap 1 % penurunan COGS ayam diyakini menambah Rp 24 miliar laba bersih. Target margin 42% akan mengerek ROE ke 14%.
Valuasi Pasar – Konsensus Bloomberg memasang EPS FAST 2026 tumbuh 23% yoy. Jika PE forward stabil di 18×, harga wajar berkisar Rp 2.200—potensi upside 28%.
Risiko – Volatilitas jagung global, audit transaksi afiliasi, serta integrasi kultur karyawan lama dengan gaya manajemen millennial Liana Saputri.
CFO FAST Aditya Setiawan menegaskan hedging komoditas sudah dikunci dan konsultan independen ditunjuk mengevaluasi semua kontrak keluarga. Dengan kata lain, fondasi tata kelola sedang dipasak agar hype pasar tidak berakhir antiklimaks.
Dalam pusaran bisnis ritel cepat saji, gebrakan Liana Saputri menegaskan bahwa modal muda bukan cuma modal nekat. Ia memetakan rantai pasok dari kandang hingga kasir, menghubungkan jalur distribusi antar-pulau, dan memanfaatkan persona digital untuk menarik generasi konsumen baru. Jika integrasi hulu-lilir rampung tanpa tersandung isu tata kelola, FAST berpeluang berubah dari saham defensif menjadi bintang pertumbuhan 2026.
Bagi investor, pertanyaannya sederhana: apakah Anda akan masuk sebelum ayam broiler pertama menetas di Banyuwangi, atau menunggu laporan laba ketika keran margin sudah terbuka? Seperti rally stage yang dikuasai Liana Saputri, kecepatan mengambil tikungan sering kali membedakan pemenang dari pecundang di garis finis bursa.
Sumber: CNBC Indonesia