27 C
Jakarta
Saturday, September 13, 2025
HomeBeritaReli Menggoda di Bursa: Big Banks Angkat IHSG, Apakah Ini Awal Tren...

Reli Menggoda di Bursa: Big Banks Angkat IHSG, Apakah Ini Awal Tren Naik Baru?

Date:

Related stories

spot_imgspot_img

Lintas Fokus (Big Banks) Pasar modal Indonesia dibuka hijau dan sektor perbankan kembali jadi lokomotif. Sejumlah saham bank jumbo naik serempak pada pembukaan perdagangan hari ini, dan reli sejak sesi kemarin ikut mendorong IHSG menanjak. Data pembukaan dan laporan pasar menunjukkan BBRI, BMRI, hingga BBCA bergerak bullish, selaras dengan sentimen positif yang menyebar ke indeks acuan.

Katalisnya jelas dan konkret. Pertama, rencana pemerintah menyalurkan Rp200 triliun dana pemerintah yang selama ini parkir di Bank Indonesia ke perbankan komersial untuk melonggarkan likuiditas. Kebijakan ini telah diumumkan oleh Menteri Keuangan dan menjadi pembicaraan paling panas di lantai bursa. Pasar menilai injeksi tersebut dapat memperkuat kemampuan bank menyalurkan kredit dan menekan biaya dana, sehingga wajar jika saham perbankan langsung menangkap sinyal itu.

Kedua, kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Bank Indonesia pada 20 Agustus menurunkan BI Rate 25 bps ke 5,00 persen, langkah yang mengejutkan sebagian pelaku pasar dan menandai konsistensi penurunan suku bunga sejak 2024. Suku bunga acuan yang lebih rendah biasanya positif bagi margin kredit bersih jangka menengah, terutama saat permintaan kredit pulih.

Sebagai tambahan angin belakang global, jajak pendapat Reuters menunjukkan pasar mengantisipasi penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan September. Jika terealisasi, arus modal ke emerging markets cenderung lebih kondusif dan volatilitas kurs bisa mereda, kombinasi yang historisnya ramah bagi perbankan domestik.

Relief Rally Sektor Keuangan: Apa yang Mengangkat Harga

Perdagangan kemarin memberi petunjuk kuat sebelum reli berlanjut hari ini. IHSG ditutup menguat dan kontribusi terbesar datang dari bank-bank besar. Di sesi tersebut BBRI melesat lebih dari 5 persen, BMRI dan BBNI ikut menanjak, sementara BBCA juga menghijau meski lebih terbatas. Narasi yang sama muncul kembali pagi ini ketika indeks dibuka tancap gas, mempertegas bahwa minat risiko kembali mengalir ke saham finansial.

Dari sudut pandang mekanisme pasar, cerita likuiditas Rp200 triliun menjadi pengungkit sentimen. Peningkatan likuiditas antarbank memperkecil risiko funding crunch, memperbaiki cost of fund jangka pendek, dan memberi ruang bagi bank untuk agresif menyalurkan kredit produktif menjelang akhir tahun fiskal. Itulah mengapa Big Banks seperti BBRI, BMRI, BBNI, serta BBCA sering bergerak lebih dulu: kapitalisasi besar dengan kapasitas intermediasi tinggi membuat mereka menjadi kanal paling efektif ketika likuiditas dilonggarkan. Di banyak reli sektor keuangan, Big Banks menjadi “barometer” kepercayaan investor institusi.

Big Banks Jadi Magnet: BBRI, BMRI, BBCA, BBNI Memimpin

Di lini kinerja harga, Big Banks sudah menunjukkan daya tariknya. Laporan pasar kemarin mencatat lonjakan BBRI sebagai kontributor dominan kenaikan indeks, dengan bank milik negara lain ikut mendukung. Hari ini, pembukaan yang kuat kembali menampilkan Big Banks sebagai motor penggerak. Secara taktis, alasan berikut ini membuat valuasi bank besar diserbu:

  1. Kepastian likuiditas. Transfer dana pemerintah ke bank Himbara menambah amunisi pendanaan murah yang dapat segera diubah menjadi kredit atau penempatan berbunga, sehingga proyeksi pendapatan bunga bersih berpotensi membaik.

  2. Suku bunga yang lebih jinak. BI Rate 5 persen mengurangi tekanan biaya dana sekaligus menjaga kualitas aset tetap stabil selama pertumbuhan ekonomi tidak tersendat.

  3. Tailwind global. Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed menurunkan premi risiko aset berdenominasi rupiah dan bisa mengundang aliran dana asing ke saham perbankan berkapitalisasi besar.

Data harian dari media bisnis juga menegaskan bahwa saham bank jumbo mendominasi daftar penggerak dan indeks tematik yang memonitor emiten likuid. Dengan kapitalisasi pasar raksasa dan free float lebar, Big Banks menjadi tujuan pertama ketika investor ingin meningkatkan eksposur Indonesia tanpa mengambil risiko idiosinkratik yang terlalu besar.

Wajib Tahu:

Reli bank besar tidak selalu merata antar kode saham. Sering kali satu atau dua emiten menjadi pemimpin tren karena faktor spesifik, seperti arah panduan kredit manajemen atau agenda aksi korporasi yang sedang berjalan. Karena itu, memantau arus asing dan posisi net buy harian bisa memberi petunjuk siapa “pemenang” berikutnya.

Apakah Kenaikan Berlanjut? Tiga Skenario dan Risiko

Skenario dasar. Jika penempatan Rp200 triliun benar-benar terjadi secara bertahap mulai hari ini seperti diberitakan, efek likuiditas akan terasa pada pasar uang dan biaya dana. Dalam 1–2 bulan, bank dapat mengakselerasi penyaluran kredit musiman kuartal IV, menjaga pertumbuhan volume dan memperlebar net interest income. Untuk jangka pendek, performa harga bisa tetap positif selama tidak ada kejutan makro negatif.

Skenario optimistis. BI memberi ruang penurunan suku bunga lanjutan bila stabilitas rupiah dan inflasi terjaga. Jika The Fed juga menurunkan suku bunga sesuai ekspektasi, Big Banks berpeluang menikmati biaya dana yang makin ringan dan arus masuk asing lebih besar. Dalam kondisi ini, rotasi keuangan bisa meluas ke bank menengah yang sensitif valuasi, sementara Big Banks tetap menjadi jangkar portofolio institusi.

Skenario risiko. Ada setidaknya tiga hal yang perlu dicermati. Pertama, kecepatan dan mekanisme teknis penempatan dana pemerintah. Jika realisasinya lebih lambat dari jadwal, euforia bisa memudar. Kedua, pertumbuhan kredit yang tidak secepat perkiraan dapat menekan margin meski likuiditas longgar. Ketiga, volatilitas global. Bila sentimen berbalik akibat data eksternal, Big Banks juga rentan aksi ambil untung karena kepemilikan investor asing biasanya tinggi. Potongan data harian dari media bisnis memperlihatkan dinamika aliran dana asing yang masih fluktuatif di saham-saham bank besar.

Strategi Investor: Cara Menyiasati Rotasi ke Saham Bank

Untuk investor ritel yang membidik Big Banks, disiplin pada tiga hal berikut patut dipertimbangkan:

  1. Pilih pemimpin tren. Amati saham yang menopang indeks ketika pasar menguat. Sepekan terakhir, laporan pasar berkali-kali menempatkan BBRI, BMRI, BBNI, dan BBCA di daftar penggerak. Mengikuti pemimpin tren sering kali memberi rasio risiko imbal hasil yang lebih baik.

  2. Perhatikan fundamental dan kalender. Penurunan BI Rate 25 bps dan rencana injeksi likuiditas adalah katalis kuat, namun laporan kinerja kuartal III dan panduan manajemen akan menguji keberlanjutan cerita. Pastikan ekspektasi kredit, NIM, dan kualitas aset selaras dengan narasi harga.

  3. Kelola eksposur. Saat euforia sedang tinggi, disiplin menempatkan target ambil untung bertahap penting untuk menjaga hasil. Big Banks cenderung stabil, tetapi volatilitas jangka pendek tetap mungkin terutama jika arus asing berubah arah.

Pada akhirnya, reli Big Banks hari ini berdiri di atas tiga pilar: likuiditas domestik yang dilonggarkan, suku bunga acuan yang menurun, dan angin belakang global yang lebih ramah risiko. Kombinasi ini membentuk kondisi yang jarang berkumpul sekaligus. Jika eksekusi kebijakan berjalan rapi dan pertumbuhan kredit menjawab ekspektasi, reli tidak harus berhenti di sini.

Sumber: CNBC Indonesia

Subscribe

- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once

Latest stories

spot_img